Rengginang dan Sale Pisang Jadi Media Diplomasi, Dosen Unsil Tasikmalaya Kendalkan Budaya Sunda di China

Rengginang dan sale pisang
Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Shinta Rosiana MPd, saat mengenalkan sale pisang kepada mahasiswa Fujian Polytechnic Normal University (FPNU), Provinsi Fujian, China, Jumat, 26 September 2025. (Shinta Rosiana for Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Rengginang dan sale pisang bukan sekadar camilan. Di tangan Shinta Rosiana MPd, dosen Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, makanan tradisional itu menjelma jadi media diplomasi budaya saat ia mengajar Bahasa Indonesia di Fujian Polytechnic Normal University (FPNU), China.

Shinta Rosiana merupakan dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Siliwangi.

Dia mendapatkan undangan khusus sebagai dosen tamu di FPNU, Provinsi Fujian.

Baca Juga:CKP Textile: Kisah Sukses Toko Kain Lokal yang MenduniaSopir Bus Antarkota Meninggal, Ahli Waris Terima Santunan Rp 42 Juta dari BPJS Ketenagakerjaan Tasikmalaya

Undangan tersebut merupakan bagian dari program Visiting Lecturer and Research Results Seminar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dosen Bahasa Indonesia (Adobsi) bekerja sama dengan FPNU.

Kegiatan akademik ini berlangsung pada 25-26 September 2025 di kampus FPNU, disertai kegiatan kunjungan budaya pada 27-28 September 2025.

Shinta Rosiana merupakan satu-satunya dosen Unsil yang terpilih untuk berangkat ke Fujian.

Dari Indonesia, terdapat 11 dosen yang ikut serta dalam program ini, di antaranya berasal dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), dan beberapa perguruan tinggi lainnya.

Selain memperkuat kolaborasi akademik, kegiatan ini juga menjadi bagian dari kerja sama antara Jurusan Bahasa Indonesia Unsil dengan Jurusan Bahasa Indonesia FPNU.

Tidak hanya itu, FKIP Unsil dan Fakultas Bahasa Asing FPNU juga menjalin Memorandum of Agreement (MoA) sebagai bentuk sinergi dalam pengembangan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Dalam wawancara, Shinta mengungkapkan, tantangan utama mengajar di FPNU terletak pada penyampaian bahasa.

Baca Juga:Cara untuk Daftar Layanan QRIS for Business di DOKUMembangun Identitas dan Daya Tarik, Ini Pentingnya Logo untuk Bisnis Anda!

Ia berusaha menggunakan bahasa Indonesia sederhana agar lebih mudah dipahami mahasiswa.

Metode praktik langsung juga dipilih supaya mahasiswa dapat mengingat kosakata sekaligus memahami makna kata dengan lebih cepat.

”Materi yang saya bawakan seputar makanan tradisional Jawa Barat—mulai dari bahan, proses pembuatan, hingga cita rasa. Selain itu, saya juga memaparkan nilai-nilai budaya Sunda seperti silih asah, asih, asuh yang menjadi filosofi keharmonisan masyarakat Jawa Barat,” jelas Shinta kepada Radartasik.id.

Mahasiswa FPNU terlihat antusias mengikuti perkuliahan.

Mereka bahkan diberi kesempatan mencicipi makanan khas Sunda yang dibawa Shinta dari Tasikmalaya, seperti Rengginang Nebu dan Sale Pisang Pusaka.

0 Komentar