Bayang-bayang Kasus Keracunan MBG
Pilihan Al-Muttaqin ini muncul di tengah sorotan publik terhadap MBG. Belakangan, sejumlah daerah dilanda kasus keracunan yang diduga bersumber dari makanan MBG.
Di Kabupaten Tasikmalaya, puluhan siswa sempat dilarikan ke puskesmas setelah mengalami mual dan muntah usai menyantap menu MBG. Kasus serupa juga terjadi di Kabupaten Garut, ketika ratusan siswa jatuh sakit akibat dugaan makanan yang basi dan tidak higienis.
Peristiwa-peristiwa itu menimbulkan pertanyaan besar mengenai kualitas distribusi, higienitas dapur, hingga pengawasan pelaksanaan MBG di lapangan.
Pemerintah Akui Perlu Evaluasi
Baca Juga:Minta Program MBG Dievaluasi, Warga Kabupaten Tasikmalaya Geruduk DPRDPAW Anggota DPRD Fraksi PAN Kota Tasikmalaya Terancam Batal Gara-Gara Tunggakan Iuran Partai
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Rojab Riswan Taufik menyebut sekolah swasta memang memiliki otonomi lebih dalam menentukan kebijakan internal.
“Sekolah swasta, apalagi yang sudah punya sistem makan siang mandiri, boleh memilih tidak ikut MBG. Yang penting kebutuhan gizi siswa tetap terpenuhi,” ujarnya.
Ia juga mengakui, kasus keracunan yang terjadi di beberapa daerah harus menjadi alarm bagi pemerintah.
“Kami tentu harus melakukan evaluasi menyeluruh agar MBG benar-benar aman, higienis, dan bermanfaat,” tambahnya.
Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Al-Muttaqin menunjukkan bahwa makan siang sekolah bukan sekadar program, tetapi budaya. Sementara MBG, masih menghadapi pekerjaan rumah besar: menjaga mutu, mencegah kasus keracunan, dan memastikan program benar-benar menjadi solusi, bukan masalah baru. (Ayu Sabrina)