TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di tengah kasus keracunan massal yang marak terjadi, sisi lain program MBG juga disorot. Program ini menambah beban bagi para guru.
Selain harus mengajar mereka juga perlu mengatur pembagian makanan kepada siswa. Termasuk mengumpulkan dan merapikan kembali food tray MBG yang telah digunakan.
Biasanya, guru-guru honor yang paling pertama mendapat tugas tambahan itu, meski tidak mendapat insentif.
Baca Juga:Minta Program MBG Dievaluasi, Warga Kabupaten Tasikmalaya Geruduk DPRDPAW Anggota DPRD Fraksi PAN Kota Tasikmalaya Terancam Batal Gara-Gara Tunggakan Iuran Partai
Kurnia Surgana, guru SDN Sukarindik Kota Tasikmalaya, mengakui bahwa tenaga pendidik kini mendapat serangkaian tugas tambahan di luar kewajiban mengajar.
“Guru-guru sekarang harus mengondisikan anak-anak, mengantar kotak makan sampai ke anak, dan memastikan bahwa anak memakannya di jam istirahat. Ya tidak dipungkiri bahwa itu memang menjadi tugas tambahan kami. Apakah mungkin ada insentif bagi guru-guru dalam saat mendistribusikan MBG,” ujarnya saat ditemui di sekolah, Rabu (24/9/2025).
Menurut Kurnia, rutinitas baru itu menuntut manajemen waktu yang lebih ketat.
Guru tak hanya membagikan kotak makanan, tetapi juga bertanggung jawab memeriksa kelayakan konsumsi, kebersihan, serta memastikan setiap siswa betul-betul menyantapnya.
Semua itu dilakukan di sela tanggung jawab utama mengajar dan membimbing anak.
“Kalau tidak diatur dengan baik, waktu belajar bisa terpotong. Kami harus pintar-pintar menyiasati,” tambahnya.
Seorang kepala sekolah dasar di Kota Tasikmalaya yang enggan disebut namanya mengaku bersyukur program MBG di sekolahnya berjalan lancar sejauh ini.
Baca Juga:Warga Karangresik Curiga! Temukan Motor Matic Tergeletak di Jembatan dengan Mesin MenyalaBenarkah Penerapan Manajemen Talenta di Kota Tasikmalaya Hasil dari Disertasi Pegawai BKPSDM?
“Kami hanya berharap kejadian yang di luar daerah tidak terjadi di sekolah kami,” katanya singkat sembari menolak diwawancarai lebih jauh.
Pengakuan guru dan kepala sekolah ini menggambarkan dua sisi dari pelaksanaan MBG.
Di satu sisi, mereka mendukung program pemerintah demi kesehatan peserta didik. Namun di sisi lain, mereka menanggung tambahan pekerjaan dan risiko bila terjadi masalah kualitas makanan.
Tak heran bila muncul harapan agar pemerintah memperhatikan aspek teknis dan kesejahteraan tenaga pendidik yang terlibat dalam distribusi MBG.
Dengan sorotan publik yang terus mengemuka, guru dan kepala sekolah di Kota Tasikmalaya kini memilih fokus pada pengaturan internal sembari berharap program tetap berjalan aman.