Namun, dorongan emosional saja tak cukup. Kekurangan struktur permainan membuat Juventus kerap rapuh, terutama menghadapi tim yang lebih rapi dalam taktik dan distribusi stamina.
Masalah semakin nyata ketika jadwal padat datang. Dalam sepekan, Juve harus memainkan tiga pertandingan, dan hasilnya terlihat jelas: pemain kewalahan, ritme permainan hancur, dan lawan lebih mudah menemukan celah.
Bandingkan dengan Inter Milan musim lalu yang mampu melewati 58 pertandingan resmi hingga akhir Mei, tetap dengan konsistensi permainan yang terjaga. Juve kini justru tampak limbung di awal musim.
Baca Juga:Fiorentina Dicemooh Pengemar Usai Ditumbangkan Como di Kandang, Pioli Kritik WasitAS Roma Menangkan Derby della Capitale, Gasperini Menang Adu Taktik dengan Sarri
Kontroversi wasit memang bisa jadi bumbu perdebatan, tetapi inti masalah tetap terletak pada ketidakseimbangan tim.
Jika Tudor tidak segera menemukan formula taktis yang lebih solid, semangat juang semata hanya akan membawa Bianconeri sejauh Manchester United-nya Solskjær: penuh drama, penuh perjuangan, tapi akhirnya terbentur tembok kenyataan.