Pasanggiri Kebaya Sunda di Tasikmalaya Angkat Identitas Budaya dan Dukung Perajin Batik Lokal

kebaya sunda tasikmalaya
Puluhan perempuan berkebaya melangkah di karpet merah pada Pasanggiri Pinton Anggon Kabaya Sunda Sinjang Batik Tasikan di Graha Hotel Mandalawangi, Minggu (21/9/2025). (Ayu Sabrina/radartasik.id)
0 Komentar

Padahal, menurutnya, kebaya dan sinjang batik khas Tasikmalaya punya ciri khas tersendiri: Dari mulai warna-warna terang, motif merak ngibing hingga lereng yang menampilkan kekayaan lokal.

Gelaran Pasanggiri tersebut diikuti oleh 33 perempuan dari kalangan mahasiswa sampai lansia yang sama-sama tampil percaya diri. Mereka dikelompokan dalam beberapa kategori, 24 orang di kategori usia 20–45 tahun dan 9 orang di kategori 46–65 tahun.

Gelaran dengan objek utama busana ini tidak seperti fashion show yang menonjolkan kemolekan tubuh. Pasalnya peragaan busana kebaya memiliki aturan dan penilaian tersendiri.

Baca Juga:Konsep Manajemen Talenta yang Dipakai Pemkot Tasikmalaya Rawan DigugatKarya Jurnalis Radar Tasikmalaya Masuk 5 Besar Nominasi Penghargaan Karya Jurnalistik tentang Anak oleh UNICEF

“Di sini yang penting benar menggunakan kebaya Sunda sesuai pakemnya. Mau tinggi, pendek, kurus, atau gendut, itu bukan soal. Ada aturan pakai tujuh lambeuh, selendang lima, hingga harmonisasi warna. Itulah esensinya,” jelas Elin.

Menurut Elin, menjaga pakem bukan berarti menolak modernisasi, namun berbusana kebaya ada nilai-nilai kebudayaan yang harus dijaga. “Ini soal melestarikan budaya, sambil memberi ruang ekonomi bagi para pengrajin. Kalau tidak, kebaya bisa hilang dari keseharian kita,” katanya. (Ayu Sabrina)

0 Komentar