Kasus Keracunan MBG Marak di Tasikmalaya dan Garut, Orang Tua Jadi Waswas

keracunan mbg di tasikmalaya dan garut
gambar ilustrasi: AI
0 Komentar

Senada, Risa Munggaran, warga lainnya, berharap menu MBG benar-benar memperhatikan kebutuhan gizi anak. Menurutnya, sajian yang tidak enak membuat anak-anak enggan makan, sehingga berakhir mubazir.

“Program ini baik, tapi jangan sampai menunya seadanya. Kalau tidak enak, anak-anak malah tidak makan dan akhirnya dibuang. Lebih bagus kalau menunya bervariasi setiap hari,” ujarnya.

Risa juga mendukung wacana agar program MBG dialihkan dalam bentuk uang tunai. Dengan begitu, orang tua bisa membelikan makanan bergizi sesuai selera anak.

Baca Juga:Karya Jurnalis Radar Tasikmalaya Masuk 5 Besar Nominasi Penghargaan Karya Jurnalistik tentang Anak oleh UNICEFManajemen Talenta di Kota Tasikmalaya: Inovasi atau Jalan Pintas Promosi Jabatan?

“Kalau benar jadi, wajib dibelanjakan untuk makanan sehat,” tambahnya.

Sementara itu, Wahyudin, warga lain, mengeluhkan distribusi MBG yang kerap datang terlambat, terutama di wilayah selatan. Akibatnya, makanan dibawa pulang anak-anak dan sampai di rumah kondisinya sudah tidak layak konsumsi.

“Kalau telat datang, biasanya anak-anak bawa pulang dan akhirnya dibuang karena sudah basi. Alangkah baiknya kalau menu MBG ini berupa makanan siap saji, jadi lebih tahan lama dan tidak mubazir,” sarannya.

Kepala BGN Bersuara

Mengenai kasus keracunan, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana sudah buka suara. Dalam keterangannya di Jakarta, ia mengatakan secara umum terdapat dua faktor utama sebab keracunan MBG.

Salah satunya terkait Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG yang baru beroperasi. Koki baru belum siap mengolah makanan untuk 3000 porsi sekaligus. Sehingga memungkinkan terjadinya error dalam penyiapan menu. Karena itu ia menyarankan SPPG baru melakukan pelayanan secara bertahap.

“Satu penyebabnya disebabkan oleh baru beroperasinya SPPG seperti yang di Bengkulu. Makanya kami kemudian sarankan untuk SPPG baru, itu mulainya bertahap karena ibu-ibu yang biasa masak 4 orang sampai 10 orang itu belum tentu bisa untuk masak langsung 1.000 sampai 3.000 (porsi). Jadi baiknya kalau ada 20 sekolah yang dilayani, untuk hari pertama ya 2 sekolah dulu, nanti 2 hari kemudian bertahap menjadi 4 sekolah. Nah itu yang kami sarankan,” kata Dadan usai penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Penetapan Daftar Lokasi Pembangunan SPPG Kamis (18/9/2025) pekan kemarin.

Selain itu, Dadan mengungkapkan ada juga kasus keracunan di Maluku Barat Daya yang muncul karena pergantian pemasok bahan baku.

0 Komentar