CIAMIS, RADARTASIK.ID – Universitas Galuh (Unigal) Ciamis kembali melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PBM), yang dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Makmur Desa Panyingkiran, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis.
Program ini dijalankan dari Mei hingga Desember 2025, dengan fokus utama pada peningkatan daya saing produk jamu instan melalui inovasi kemasan sachet dan branding.
Program pengabdian ini didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), dan dipimpin oleh tim dosen dari Unigal, yang terdiri dari Faizal Haris Eko Prabowo (Manajemen), Dodi Satriadi (Akuntansi), dan Aan Anwar Sihabudin (Ilmu Pemerintahan), serta didukung oleh mahasiswa Unigal, yaitu Siti Amalia Rahmawati dan Sarah Nuraeni Ramadhan.
Baca Juga:Doa dan Syukur untuk Bangsa, HUT GM FKPPI Kabupaten Tasikmalaya Gelar Pengobatan Gratis dan Pembagian SembakoTingkatkan Daya Saing Produk Lokal, Anggota DPRD Jabar Arip Rachman Sosialisasikan Perda Kewirausahaan Daerah
Ketua Tim Pelaksana Pengabdian, Faizal Haris Eko Prabowo, program ini berawal dari tantangan yang dihadapi oleh KWT Makmur Desa Panyingkiran, yakni terbatasnya kapasitas produksi, kualitas kemasan, serta masalah pemasaran produk jamu.
“Mitra KWT Makmur menghadapi kendala tersebut, dan kami kemudian mengusulkan program skema pengabdian kepada masyarakat dari Kemendiktisaintek,” terangnya.
“Kami akhirnya berhasil lolos dan memberikan solusi berupa pelatihan manajemen, pemasaran, akuntansi, serta penerapan mesin penggiling, mesin pengolah, dan mesin pengemasan sachet otomatis,” ungkap Faizal, Jumat (19/9/2025).
Melalui pengabdian ini, diharapkan KWT Makmur Desa Panyingkiran dapat meningkatkan kapasitas produksi jamu mereka. Sebelumnya, proses pengemasan dan produksi jamu masih dilakukan secara manual.
Kini, kata dia, dengan bantuan mesin-mesin modern, kualitas dan kuantitas produksi jamu meningkat pesat. “Tujuan kami adalah untuk meningkatkan inovasi dan produksi jamu dari KWT Makmur Desa Panyingkiran,” kata Faizal.
Perbandingan antara kondisi sebelum dan sesudah pengabdian menunjukkan hasil yang signifikan. Sebelum pengabdian, produksi jamu hanya mencapai 0,5 hingga 1 kg per bulan, namun kini mampu meningkat menjadi 3 hingga 5 kg per bulan.
Penjualan produk juga mengalami lonjakan, dari Rp80 ribu menjadi Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per bulan. Selain itu, waktu produksi yang sebelumnya memakan waktu 8 hingga 10 jam kini bisa dipangkas menjadi hanya 3 hingga 5 jam.