GARUT, RADARTASIK.ID – Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Garut pada tahun 2025 menunjukkan tren yang masih cukup tinggi.
Hingga bulan Agustus, tercatat sebanyak 1.776 kasus DBD tersebar di berbagai wilayah, dengan delapan orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia, sementara pasien lainnya berangsur pulih.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Asep Surachman, menyampaikan, hingga pertengahan September 2025, terdapat tambahan 195 kasus baru yang tersebar di tujuh wilayah.
Namun, dari kasus baru tersebut tidak ditemukan korban meninggal.
Baca Juga:Soal Dugaan Keracunan MBG, Bupati Garut Abdusy Syakur Amin Minta Pihak Terkait MenelusuriKomisi IV DPRD Kabupaten Garut Minta Operasional SPPG Dihentikan Sementara, Imbas Dugaan Keracunan MBG
Meski jumlahnya masih tinggi, Asep memperkirakan pada akhir tahun 2025 angka kasus DBD di Garut akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, pada akhir 2024 lalu jumlah kasus DBD di Garut mencapai sekitar 3.200 kasus.
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut terus berupaya menekan angka penyebaran DBD melalui langkah promotif, preventif, hingga kuratif.
Dari sisi promotif, masyarakat diedukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan melalui berbagai media.
Untuk langkah preventif, pihaknya melakukan skrining kasus serta pengendalian vektor nyamuk dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abatesasi, fogging, dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Sementara itu, pada aspek kuratif, Dinkes menyiapkan penanganan medis yang tepat, termasuk penyediaan obat-obatan dan bahan medis habis pakai.
Kasus DBD di Kabupaten Garut menyebar hampir merata di seluruh wilayah.
Baca Juga:Pemerintah Siapkan Tes Kemampuan Akademik untuk SMA: Wajib atau Tidak, Ini Kata Wamendikdasmen!Polres Garut Masih Dalami Dugaan Penyebab Keracunan, SPPG Memilih Menghindar
Namun, setiap tahun wilayah Garut Utara selalu mencatat jumlah kasus yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya.
Asep menjelaskan, awalnya kasus banyak ditemukan di perkotaan, tetapi kini pergeseran kasus lebih dominan terjadi di wilayah utara.
Lebih lanjut, Asep menekankan, upaya paling penting dalam mencegah DBD adalah menjaga pola hidup bersih dan melakukan PSN dengan metode 3M, yakni menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, serta menguras wadah air secara rutin.
Ia menambahkan, fogging atau pengasapan sebaiknya hanya dijadikan langkah terakhir. ”Fogging ini sifatnya hanya membunuh nyamuk yang dewasa,” ungkapnya beberapa waktu lalu. (Agi Sugiana)