Ia tak menutup mata, fasilitas SDN 2 Cieunteung masih jauh dari ideal. Namun, alih-alih menyerah pada keadaan, Heru justru mengajak guru dan orang tua untuk kritis sekaligus optimis. Kritik orang tua dianggapnya wajar, karena mereka menitipkan anak dengan penuh harapan. Tugasnya adalah mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada agar setiap anak tetap mendapat layanan pendidikan yang layak.
Sejak awal, ia menekankan dua hal kepada guru: cerdas dalam mengajar, dan berani dalam bersikap. “Saya minta guru pinter itu pertama. Kedua, jangan jadi penakut,” kenangnya saat pertama kali memimpin sekolah.
Filosofi Heru sederhana yakni jabatan tidak boleh mengubah esensi seorang pendidik. Guru adalah pelayan muridnya, dan kepala sekolah adalah pelayan para guru. Di balik pandangan itu, ia ingin menghadirkan sekolah yang lebih transparan, termasuk dalam hal keuangan dan manajerial, agar kepercayaan orang tua tidak pernah luntur.
Baca Juga:Sinyal IM3 di Tasikmalaya Kian Kuat dengan 39 Menara BTS Baru, Dongkrak Potensi Ekonomi LokalHotel Santika Tasikmalaya Hadirkan Paket Pernikahan Eksklusif “The Wedding Story”
“Negara sudah memastikan hak setiap orang untuk pintar. Tugas saya memastikan itu benar-benar sampai ke anak-anak di sekolah ini,” pungkasnya. (Ayu Sabrina B)