RADARTASIK.ID – Bursa transfer AC Milan musim panas ini kembali memantik perdebatan, kali ini respon negatif muncul dari mantan pemainnya, Paolo Di Canio.
Setelah melepas sejumlah pemain penting, Rossoneri justru mendatangkan nama-nama besar dengan reputasi tinggi, namun Di Canio merasa rekrutan tersebut malah menimnulkan keraguan.
Dalam wawancara dengan La Stampa, Di Canio yang kini menjadi komentator di Sky Sport, menyampaikan pandangannya tentang musim 2025/26.
Baca Juga:Data Algoritma Ramal Inter Akan Raih Scudetto, AS Roma dan Juventus Lolos ke Liga ChampionsGalliani Selangkah Lagi Kembali ke AC Milan, Jalin Kesepakatan dengan Cardinale di Kapal Pesiar
Sebagai mantan pemain Lazio, AC Milan, Napoli, hingga Juventus, ia mengaku terkejut dengan arah transfer Milan.
Di Canio secara khusus menyoroti khusus kedatangan Adrien Rabiot.
Baginya, gelandang asal Prancis itu memang penting untuk menyeimbangkan lini tengah, sesuai kebutuhan pelatih Massimiliano Allegri.
“Rabiot bisa merebut bola, memecah pertahanan lawan, dan membawa dinamika yang tidak dimiliki Milan sebelumnya. Itu pembelian yang berguna,” ujarnya.
Namun, ia tidak menganggap semua pemain baru dianggap sesuai kebutuhan.
Kehadiran Luka Modric yang sudah berusia 40 tahun, menurut Di Canio, harus diatur dengan hati-hati.
“Modric hanya bisa dimainkan di depan pertahanan. Dia menjaga konsistensi dan kualitas, tapi jelas tidak bisa diandalkan untuk kecepatan,” katanya.
Lebih jauh, ia bingung karena Milan terkesan tidak konsisten dalam strategi transfer terutama dalam perekrutan pemain depan.
“Mereka menginginkan Vlahovic, lalu mencoba Hojlund. Akhirnya mereka mendatangkan Harder, lalu Nkunku,” paparnya.
Baca Juga:Inter Gunakan Aturan Financial Fair Play untuk Bajak Gelandang Andalan AS RomaJuventus Vs Inter Milan: Panggung Adu Tajam Jonathan David vs Lautaro Martinez
“Namun, tidak satu pun dari mereka yang benar-benar cocok satu sama lain. Bursa transfer Milan terasa beragam, tapi juga mengecewakan,” jelasnya.
Selain menilai Milan, Di Canio juga berbicara soal peluang klub-klub Italia di Liga Champions musim ini.
Menurutnya, tim Serie A harus realistis karena masih berada satu level di bawah para raksasa Eropa.
“PSG, Bayern, Real Madrid, Barcelona, dan semua tim Inggris—kecuali mungkin Newcastle—berada di kecepatan yang berbeda. Perbedaan kualitas itu nyata,” tuturnya.
Meski begitu, ia menekankan bahwa Liga Champions adalah kompetisi yang sering kali penuh kejutan.
“Bayangkan saja tahun lalu PSG hampir tersingkir di fase grup, bahkan terlihat kesulitan menghadapi Liverpool. Namun hasil imbang dan sedikit keberuntungan bisa mengubah segalanya,” pungkasnya.