TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Suasana Buleud Galeri & Studio, Kota Tasikmalaya, Rabu (10/9) malam, berubah menjadi panggung penuh warna. Puisi, musik, tari tradisional, hingga sandiwara anak bergantian ditampilkan dalam Malam Apresiasi Seni bertajuk “Bangga Menjadi Anak Indonesia” yang digelar Komunitas Cermin Tasikmalaya.
Tak sekadar pentas seni, acara yang berlangsung hingga larut malam itu ditutup dengan sarasehan kebangsaan. Para tokoh dari beragam latar belakang hadir, menyampaikan pandangan tentang kondisi anak di era digital sekaligus tantangan membangun generasi masa depan.
Budayawan sekaligus penggagas Komunitas Cermin Tasikmalaya, Ashmansyah Timutiah, mengingatkan bahwa anak-anak perlu dikenalkan kembali pada akar budayanya.
Baca Juga:Hima Persis Jawa Barat Desak Reformasi Tunjangan DPRD Berbasis Evaluasi KinerjaPemerintah Siapkan Suntikan Dana Rp200 Triliun ke Perbankan
“Anak-anak kita hari ini lebih mengenal gawai daripada tanah tempat mereka berpijak. Padahal, permainan rakyat, musik tradisi, dan tarian leluhur adalah jati diri yang membuat mereka bangga menjadi anak Indonesia. Budaya tidak boleh jadi komoditas semata, tapi harus menjadi napas hidup sehari-hari,” ujarnya.
Sementara Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, H Aslim, SH, menegaskan bahwa ketahanan keluarga menjadi kunci utama. Meski daerah sudah memiliki Perda Nomor 6 Tahun 2019 tentang Ketahanan Keluarga, implementasi regulasi itu masih perlu diperkuat.
“Regulasi saja tidak cukup. Kuncinya ada pada orang tua. Pola asuh yang tepat akan melahirkan generasi yang kuat, sementara pola asuh yang salah bisa menjerumuskan anak pada pergaulan yang merusak,” tuturnya.
Aktivis perempuan sekaligus Direktur Taman Jingga, Ipah Zumrotul Falihah, juga turut hadir. Ia menyoroti persoalan literasi keluarga dalam pengasuhan.
“Banyak kasus anak bermula dari ketidaktahuan orang tua. Literasi pengasuhan di keluarga masih rendah, bahkan tidak semua tahu bahwa ada aturan daerah yang melindungi anak. Keluarga harus menjadi benteng pertama dan paling kuat agar anak tidak salah langkah,” ucapnya.
Sarasehan itu menegaskan bahwa perlindungan dan penumbuhan anak bukan hanya tugas pemerintah atau sekolah, melainkan tanggung jawab bersama. Orang tua, komunitas, hingga aparat keamanan memiliki peran yang saling melengkapi.
Melalui kegiatan malam apresiasi seni, Komunitas Cermin Tasikmalaya berupaya menghadirkan ruang ramah anak yang sehat, kreatif, sekaligus membangun kebanggaan identitas kebangsaan. Ruang semacam ini diharapkan terus berlanjut agar generasi muda tumbuh dengan karakter kuat, berakar pada budaya, dan bangga menyebut dirinya anak Indonesia.(ays)