RADARTASIK.ID – Kemenangan 5-4 dari Israel di kualifikasi Piala Dunia kembali membuka luka lama tim nasional Italia.
Jika selama bertahun-tahun masalah utama Azzurri adalah penyerang tengah kelas dunia, kini perhatian beralih ke lini pertahanan.
Jurnalis Italia, Andrea Distaso, menyebut Italia menghadapi masalah serius jika hanya mengandalkan Alessandro Bastoni sebagai pilar utama di jantung pertahanan.
Baca Juga:Tudor Siapkan Formasi Baru Saat Hadapi Inter Milan: Cadangkan Vlahovic, Pakai 2 Striker Baru Sebagai StarterVlahovic Jadi Senjata Rahasia Juventus Rekrut Sandro Tonali
Dalam kolom editorialnya di Calciomercato, Distaso menilai Bastoni memang bek modern yang sangat penting dalam membangun serangan dari belakang.
Kemampuannya menguasai bola, melakukan progresi, hingga membantu mencetak gol lewat duel udara adalah nilai tambah yang jarang dimiliki bek tengah lain.
Namun, di balik kelebihannya itu, terdapat kelemahan mendasar, ia tidak memiliki konsentrasi menjaga lawan sepanjang pertandingan.
“Bastoni adalah tanda perubahan zaman. Ia mewakili Italia modern, tetapi tidak lagi sesuai dengan tradisi ‘sekolah perlindungan’ yang membuat kita disegani,” tulis Distaso.
Masalah ini semakin terlihat ketika Italia mencoba bermain dengan formasi empat bek saat melawan Israel.
Bastoni yang terbiasa dengan sistem 3-5-2 di Inter dan timnas, terlihat spesimen saat menghadapi tekanan cepat Israel.
Pasangan bek tengah bisa berganti—Gianluca Mancini, Alessandro Buongiorno, atau Francesco Acerbi—tetapi hasilnya tetap sama, garis belkang Italia rapuh dan mudah ditembus.
Baca Juga:Jurnalis Italia Prediksi Scudetto Milik Inter atau Napoli: AS Roma Lolos ke Liga ChampionsTunggu Pinangan Lazio, Lorenzo Insigne Terlihat di Kota Roma
Fenomena ini, kata Distaso, bukan hanya kesalahan individu Bastoni, melainkan gambaran turunnya kualitas perlindungan sekolah Italia secara keseluruhan.
Generasi Cannavaro dan Chiellini telah berlalu, sementara Acerbi yang sempat jadi tumpuan kini juga berada di penghujung karir.
Bek dengan fokus bertahan murni semakin jarang lahir, digantikan oleh tren baru: bek yang harus bisa membangun serangan.
“Dulu, kemampuan memainkan bola adalah tambahan, bonus dari bek tengah. Fondasi utamanya tetap bertahan. Kini justru sebaliknya: semua mengejar profil pemain bertahan bola, sementara aspek dasar dalam bertahan mengabaikan,” tegas Distaso.
Data beberapa tahun terakhir juga mendukung kekhawatiran jurnalis itu.
Pada tahun 2025 saja, Italia sudah kebobolan empat gol dari Israel, sebelumnya juga kecolongan saat menghadapi Norwegia dan Jerman.