Bahkan, pada menit-menit akhir melawan Udinese, ia sempat mencoba mendorong lebih banyak penyerang untuk menekan lawan.
Namun, faktanya, sistem 3-5-2 tetap menjadi pegangan utama karena pergantian hanya sebatas rotasi pemain, bukan revolusi taktik.
Menariknya, sejarah juga memberi warna tersendiri dalam salah satu derby paling bergengsi di Italia.
Baca Juga:Dibobol 4 Gol oleh Israel, Sabatini: Italia Menang dalam KetakutanTonali Jadi Pahlawan Italia, Ultras Balik Badan Saat Lagu Kebangsaan Israel Dikumandangkan
Sebelum kemenangan Inzaghi di Turin pada 3 April 2022, terakhir kali Inter menang di kandang Juventus dalam laga liga adalah pada 3 November 2012 di era Andrea Stramaccioni.
Saat itu, Inter justru bermain dengan formasi 3-4-2-1, menurunkan Cassano dan Palacio di belakang Diego Milito.
Fakta ini menunjukkan kemenangan di Turin tidak pernah datang dengan mudah, apalagi jika hanya mengandalkan pola yang sama berulang-ulang.
Kini, dengan beban mempertahankan prestasi dan ekspektasi fans, Chivu berada di persimpangan jalan.
Derby d’Italia akan menjadi ujian awal: apakah ia sekadar pelanjut jejak Inzaghi, atau mampu perlahan menunjukkan identitas taktiknya sendiri.
Yang jelas, untuk Sabtu malam ini, publik sepertinya masih akan melihat Inter “versi Inzaghi” meski Chivu yang berdiri di pinggir lapangan.