Dispora Kota Tasikmalaya Usul Sarana Olahraga Dipindahkan, Tak Lagi di Dadaha?

gerbang dadaha kota tasikmalaya
gerbang masuk Dadaha di Jalan BKR tampak usang, Minggu 7 September 2025. (Firgiawan/radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kompleks Olahraga Dadaha dinilai sudah tak lagi memadai sebagai sarana olahraga warga Kota Tasikmalaya. Kondisinya makin semrawut, gedung-gedung banyak yang tak terawat, sementara area luar dipadati pedagang kaki lima (PKL).

Kepala Disporabudpar Kota Tasikmalaya, Deddy Mulyana, tak menampik kondisi tersebut. Ia menyebut Pemkot harus mulai memikirkan opsi pembebasan lahan baru untuk pembangunan sarana olahraga yang lebih representatif.

“Dadaha ini sudah tidak layak lagi disebut SOR (sarana olahraga). Gedung-gedungnya banyak yang rusak, fasilitas minim perawatan karena anggaran terbatas. Kami sudah dorong agar pemkot mengkaji pembebasan lahan baru, dengan biaya pembangunan diusulkan ke provinsi atau pusat,” terang Deddy kepada Radar, Senin (8/9/2025) usai mengikuti rapat di aula Bappelitbangda.

Baca Juga:Ini Dia Daftar Kekayaan Anggota DPR RI Dapil X dan XI Jawa Barat Menurut LHKPN KPKAntisipasi Situasi Keamanan, Sekolah Madrasah Belajar Daring Selama 2 Hari

Deddy menyebut situasi di Dadaha kini mirip dengan GOR Siliwangi di Bandung. Kala itu, Pemkot Bandung akhirnya membangun fasilitas olahraga baru di Gedebage.

“Kondisinya sama. Di satu sisi kebutuhan olahraga, di sisi lain magnetnya memang untuk rekreasi, event, dan jajanan. Bahkan kuliner mania dari luar kota sengaja datang ke Dadaha. Realitanya, sarana olahraga jadi kurang memadai,” tambahnya.

Soal penataan PKL, Deddy mengaku UPTD Pengelola Dadaha sudah berulang kali melakukan penertiban. Namun karena keterbatasan personel, pedagang kembali menjamur.

“Kami akui, pedagang ini sulit dibatasi. Sudah beberapa kali ditertibkan, tetap balik lagi. Apalagi magnetnya kuliner, jadi tantangan tersendiri,” jelasnya.

Sebelumnya, dorongan agar pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Dadaha lebih tertib terus menguat. Sebab dengan kondisi sekarang —PKL berderet di trotoar dan bahu jalan— kerap memicu kemacetan.

Terutama pada jalur utama di sepanjang kompleks gedung sarana olahraga (SOR). Baik pada akhir pekan, maupun hari-hari biasa ketika menjelang sore. Namun menertibkan PKL dimana-mana tidak pernah berjalan mudah. Selalu ada hambatan yang membuat upaya penertiban tak membuahkan hasil.

“Dulu era Pak Ceka pernah disiasati. Weekend (PKL) dipindahkan ke belakang GGM. Itu berjalan bagus, tapi kendalanya (pedagang) kembali lagi, kembali lagi,” ujar Plt Kepala UPTD Dadaha Yudi Mulyadi kepada Radar, Kamis (28/8/2025) lalu. (Firgiawan)

0 Komentar