Unsil Tingkatkan Kemandirian Pesantren Melalui Zero Waste dan Wakaf Sampah Produktif Berbasis Blockchain

UNSIL
Tim pengabdian kepada masyarakat Dosen Universitas Siliwangi (Unsil) memberikan program peningkatan kemandirian pesantren di Ponpes Mahasiswa Al-Ihsan Tasikmalaya, 16 Agustus 2025.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tim pengabdian kepada masyarakat Dosen Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya memberikan program peningkatan kemandirian kepada pesantren dan kesadaran lingkungan di kalangan santri.

Untuk program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Unsil tersebut ke Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ihsan Tasikmalaya dengan memberikan program inovatif dalam pengelolaan lingkungan melalui penerapan konsep zero waste dan wakaf sampah produktif berbasis teknologi blockchain, pada Sabtu 16 Agustus 2025.

Program ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktsaintek).

Baca Juga:Alhambra Hotel Tasikmalaya Hadirkan “Everyday Escape” untuk Liburan Singkat Penuh KenyamananKKN Kelompok 32 UBK Gelar Seminar Hipertensi dan Demonstrasi Pembuatan Teh Daun Salam 

Dilaksanakan oleh Tim PKM Dosen Unsil antara lain Muhammad Dzulfaqori Jatnika SPd MSEI dari Prodi manajemen mutu halal (FAI), Faqihuddin SP MP dari prodi agribisnis (Faperta), Dr Supratman Drs MPd dari prodi pendidikan matematika (FKIP). Dan juga melibatkan mahasiswa Unsil lintas disiplin ilmu.

Ketua Tim Pengabdian, Muhammad Dzulfaqori Jatnika, menjelaskan bahwa tujuan utama program pengabdian masyarakat ini adalah menjadikan pesantren sebagai model eco-pesantren yang mampu mengolah sampah menjadi sumber daya ekonomi melalui wakaf produktif.

“Kami ingin menumbuhkan kesadaran santri sekaligus menciptakan solusi berkelanjutan untuk pembiayaan pendidikan dan operasional pesantren. Teknologi blockchain memastikan setiap transaksi wakaf dapat dipantau secara transparan,” katanya kepada Radar, Rabu (3/9/2025).

Dengan begitu, pesantren terus berupaya menjawab tantangan pengelolaan sampah yang semakin kompleks dengan mengintegrasikan edukasi, teknologi, dan nilai-nilai Islam.

“Karena program pengabdian masyarakat ini mencakup penyediaan fasilitas pemilahan sampah, pelatihan santri dalam pengelolaan sampah dan kewirausahaan berbasis lingkungan, serta implementasi sistem wakaf berbasis blockchain yang menjamin transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana dan sampah,” ujarnya.

Kebetulan pelatihan ini diikuti oleh 26 peserta yang terdiri dari pengelola pesantren, mahasiswa, dan perwakilan masyarakat setempat. Dengan pengelolaan yang transparan dan efisien, diharapkan wakaf sampah dapat dimanfaatkan secara optimal untuk keberlanjutan dana pendidikan di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ihsan.

“Melalui kolaborasi antara pesantren, akademisi, dan masyarakat, Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ihsan berharap dapat memperluas dampak positif, menciptakan lingkungan belajar yang bersih, sehat, dan produktif, serta menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan Islam lainnya,” katanya.

0 Komentar