“Sepak bola itu seperti roda; ada kalanya berputar dengan cara tertentu. Itu pertandingan yang unik, dengan hat-trick Boateng dan hal-hal aneh lain. Sejak babak pertama saya bilang, ‘Pertandingan ini sudah pasti kalah,’ dan saya tidak pernah mengulanginya lagi dalam karier,” lanjut Di Francesco.
Ia menambahkan, duel melawan Milan selalu penuh kejutan dan meminta anak asuhnya untuk lebih fokus saat melawan tim papan atas di Serie A.
“Tahun lalu Lecce juga mengalami comeback. Menghadapi tim dengan pemain papan atas, Anda tidak pernah boleh puas. Pertandingan seperti ini menuntut fokus lebih,” ungkapnya.
Baca Juga:Prediksi Skor dan Susunan Pemain Lecce vs AC Milan: Sabtu 28 Agustus Pukul 01.45 WIBDibuang Gasperini, AC Milan Punya Waktu 5 Hari untuk Rekrut Artem Dovbyk
Soal Camarda, sang pelatih memberi wejangan sederhana dan memintanya lebih tenang saat bertemu mantan klubnya.
“Dia masih muda. Saran saya, hadapi semua ini dengan tenang. Bermainlah senyaman mungkin, kalaupun harus turun sebagai starter,” pungkasnya.
Secara historis, Milan memang unggul jauh atas Lecce dengan 28 kemenangan dari 45 pertemuan.
Namun, Di Francesco dikenal sebagai pelatih yang kerap menyulitkan Rossoneri. Ditambah absennya Rafael Leao dan kondisi ruang ganti yang tidak ideal, peluang Milan untuk terpeleset tetap terbuka.
Dengan Curva Sud masih memprotes dan memilih absen mendukung tim, Milan akan menghadapi ujian berat di Via del Mare.
Di atas kertas, Milan tetap favorit, tetapi laga ini bisa saja menjadi panggung kejutan Camarda sekaligus duel nostalgia bagi Di Francesco melawan Allegri.