TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di Kabupaten Tasikmalaya baru ada satu sekolah dasar yang sudah menerapkan pembelajaran koding (pemrograman) dan kecerdasan artifisial (AI).
Sekolah tersebut adalah SDN Pasirjeungjing.
Kepala SDN Pasirjeungjing, Nana Rukmana S.Pd, mengatakan sekolahnya sudah tiga tahun menjalankan program tersebut.
Awalnya melalui sekolah penggerak dengan topik rekayasa teknologi tentang robotik. Namun, setelah sekolah penggerak ditutup, muncul kebijakan pembelajaran mendalam dengan muatan koding dan AI.
Baca Juga:Ratusan Sekolah Penerima BOS Kinerja di Priangan Timur Jadi Prioritas Pembelajaran Coding dan AIIni Pesan Mendalam H Azies Rismaya Mahpud bagi Wali Kota Tasikmalaya!
“Tahun sekarang, kurikuler digeser karena kegiatan ekstrakurikuler masih robotik. Untuk koding KA memang mengikuti pusat. Kalau di SDN Pasirjeunjing ditambah esktrakurikuler. Semua sudah robotik, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6,” ujarnya.
Untuk kelas 5, pembelajaran koding AI menjadi bagian kokurikuler yang wajib dari pusat.
“Ada lagi, karena kokurikulernya itu robotik saat sekolah penggerak. Dikarenakan kokurikulernya 7 kebiasaan Indonesia hebat, robotik digeser ke ekstrakurikuler. Namun, untuk kelas 5 kokurikuler ada muatan tambahan. Itu wajib dari pusat terkait 6 pembelajaran koding dan KA,” jelasnya.
Nana menuturkan, siswa kelas 1 hingga kelas 3 dikenalkan robotik lewat lego hingga lego bricks yang lebih menyerupai permainan. Sementara koding AI difokuskan pada penguasaan computational thinking yang meliputi dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan perancangan algoritma. Untuk kelas 4 sampai kelas 6, mulai dikenalkan pemrograman.
“Makanya kemarin ada koding KA, kalau versi sekarang itu unplugged atau tanpa alat. Mungkin pusat melihat kondisi di lapangan, khusus untuk SD melihat dari SDM gurunya dilihat dari unplugged-nya. Dalam arti, itu masih menggunakan tanpa alat dan kebanyakan buku. Itu diterapkan di SDN Pasirjeunjing. Namun karena guru kelas 5 itu bukan guru robotik, sehingga untuk kegiatan koding KA dipegang guru lain yang sudah dilatih,” ucapnya.
Saat ini, pengajar khusus disiapkan satu guru yang sudah mendapat pelatihan. “Tapi semua bisa, bahkan ada yang membantu dari sukwan,” kata Nana.
Meski begitu, kendala masih dihadapi terutama soal keterbatasan alat.
“Kalau anak-anak merasa bosan ketika belajar, mereka inginnya belajar robotik. Karena dulu ketika dapat BOS Kinerja, itu ada satu lemari alat robotik. Jadi setiap anak melakukan aktivitas unplugged dan ke depan ingin menerapkan berbasis Internet of Things (IoT). Itu PR kita bagi Kabupaten Tasikmalaya,” terangnya.