Kisah Pengabdian Sertu Usep Komara Asal Tasikmalaya, Tentara yang Dekat dengan Masyarakat, Menebar Kebaikan

SOSOK
Sertu Usep Komara menyimpan cerita panjang tentang pengabdian dan sisi kemanusiaan.
0 Komentar

Namun, di balik aksi-aksi sosial dan dedikasi militernya, Usep menyimpan cerita getir tentang pengorbanan pribadi. Pernah suatu ketika ia harus menjalani penugasan operasi selama setahun penuh. Saat berangkat, anaknya masih bayi. Namun ketika kembali, sang buah hati sudah berusia dua tahun dan bahkan sempat memanggilnya “om”.

“Itulah risiko jadi prajurit. Siap ditempatkan di mana saja. Tapi hati kecil sebagai ayah, tentu saja ada rasa kehilangan momen itu,” tuturnya dengan nada lirih.

Dalam perjalanan panjangnya, ia merangkum keyakinan hidup dalam sebuah motto: Ngahiji Sangkan Ngajadi. Baginya, kebersamaan adalah kunci, baik dalam menjalankan tugas maupun membangun hubungan dengan masyarakat.

Baca Juga:Hotel Santika Tasikmalaya Juara 1 Lomba Masak Jayantara, Tampilkan Kreasi Pangan Lokal Hotel Santika Tasikmalaya Bersihkan Sampah dan Rawat Bumi, Komitmen Jaga Lingkungan Lewat Program Nirundak

“Kita dengan masyarakat harus bersama-sama. Ngajadi itu artinya mewujudkan. Semua keinginan pemerintah dan masyarakat harus diwujudkan dengan kerja sama, bukan jalan sendiri-sendiri,” ujarnya.

Dari lorong-lorong operasi militer hingga jalanan kota tempat ia berbagi dengan sesama, Sertu Usep Komara menunjukkan bahwa seragam loreng bukan sekadar simbol kekuatan, melainkan juga ketulusan hati. Ia membuktikan bahwa menjadi tentara bukan hanya tentang disiplin dan senjata, tetapi juga tentang cinta pada rakyat seperti pesan sederhana orang tuanya dulu. (Ayu Sabrina B)

0 Komentar