Adapun dari sisi keterampilan, menurutnya, sebagian kecil guru sudah terbiasa menggunakan aplikasi berbasis AI seperti ChatGPT, Canva AI, atau Quizizz AI, meski belum sampai pada level deep learning.
Mantan Ketua PGRI Kota Tasikmalaya itu mengungkapkan, mayoritas guru masih memerlukan pelatihan praktis untuk memahami perbedaan antara penggunaan aplikasi instan dengan pengembangan model AI berbasis coding dan algoritma.
Tantangan lain, kata dia, terletak pada sarana prasarana. Tidak semua sekolah memiliki perangkat laptop, jaringan internet stabil, atau laboratorium komputer yang memadai. Sekolah di perkotaan relatif lebih siap dibandingkan dengan yang berada di wilayah pinggiran.
Meski begitu, Bangbang melihat ada antusiasme tinggi dari sebagian guru.
Baca Juga:Mahasiswa Endus Dugaan Nepotisme di Lelang Proyek Puskesmas di Kota Tasikmalaya!Proses Audit Selesai, Kepala SMAN 3 Tasikmalaya Dinyatakan Tidak Bersalah dan Aktif Kembali
“Ada guru yang antusias karena melihat peluang AI bisa meringankan beban administrasi, menyusun bahan ajar, dan membantu asesmen. Namun ada juga yang masih ragu karena keterbatasan pemahaman,” ujarnya.
Menurutnya, keberhasilan program sangat ditentukan oleh kesinambungan pelatihan.
“Kalau hanya sosialisasi singkat, pemahaman guru akan cenderung dangkal. Guru butuh pendampingan tahap demi tahap, mulai dari aplikasi sederhana hingga integrasi ke pembelajaran,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat ini kegiatan In Service Training (IN) selama satu minggu sudah selesai, dan tengah berlangsung OJT. Selanjutnya pada Oktober–Desember mendatang, guru akan kembali mengikuti In Service Training tahap kedua.
Bangbang juga mengakui bahwa sekolah masih menunggu ketersediaan buku panduan AI dan coding yang dipesan melalui Sistem Informasi Buku Indonesia (SIBI).
“Kalau untuk buku, terutama yang AI (Coding), pihak sekolah belum memiliki. Baru pada tahapan pemesanan, tapi ternyata buku yang kita pesan belum ready,” pungkasnya.
Di Kota Tasikmalaya sendiri diketahui ada sekitar 224 SD, 94 SMP, 31 SMA, dan 51 SMK berdasarkan data dapo.kemendikdasmen.go.id.
Sedangkan di Kota Banjar, rencana penerapan mapel KKA terhambat oleh keterbatasan guru IT. Akibatnya, pelaksanaan program itu untuk sementara mengandalkan guru lain yang bukan bidangnya.
Baca Juga:Garis Kemiskinan Wilayah Priangan Timur Naik Tiap Tahun, Berapa Masing-Masing Angkanya?Kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan 1000 Persen di Cirebon Distop Gubernur Jabar, Ini Kata Dedi Mulyadi
“Alhamdulillah guru-guru baru selesai mengikuti pelatihan Coding AI dan tidak semua sekolah ikut pelatihan, sehingga sekolah yang belum ikut pelatihan dapat pengibasan dari sekolah yang sudah mengikuti pelatihan,” ucap Dadang, Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) sekaligus kepala SD Pataruman.