Tanpa Kepala Keluarga, Nenek 90 Tahun di Kota Tasikmalaya Ini Hanya Tinggal Bersama Anaknya yang Tunanetra

Potret kemiskinan di Kota Tasikmalaya
Wakil Danramil 1224 Cipedes Kota Tasikmalaya, Sertu Usep Kumara mengunjungi Mak Elem dan Jua, anaknya, untuk memberikan bantuan, Rabu 20 Agustus 2025. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

Hidup dari Kebaikan Orang

Hari-hari Mak Elem bergantung pada uluran tangan tetangga. Ada yang sesekali membawa beras, ada pula yang menyisihkan lauk sederhana. Kayu bakar pun kerap ia terima, agar dapurnya tetap bisa mengepulkan asap meski hanya untuk merebus air.

Sejak ditinggal suaminya, Mak Elem hidup hanya ditemani Jua. Dengan kondisi kesehatan yang serba terbatas, mereka tak memiliki penghasilan tetap.

“Teu aya penghasilan. Ukur ngantosan, mugia aya nu ngadangu (tidak ada penghasilan. Hanya menunggu, semoga ada yang mendengar, red),” katanya pelan, seakan pasrah pada perjalanan panjang yang harus ia jalani.

Baca Juga:Kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan 1000 Persen di Cirebon Distop Gubernur Jabar, Ini Kata Dedi MulyadiKota Tasikmalaya dan Dua Daerah Lain Belum KLA, Pemprov Jabar Gagal Raih Penghargaan Provila dari KemenPPA

Malam hari, rumah itu tenggelam dalam gelap. Hanya ada satu bohlam kecil dialiri listrik dari tetangga. Itu pun hanya menyala bila tetangga menyalakannya. Bila tidak, pekat malam menjadi teman Elem dan Jua hingga fajar.

Ruang Tanpa Cahaya

Rumah itu hanya memiliki satu kamar. Namun kamar itu bukan ruang beristirahat sebagaimana mestinya. Lembab, penuh barang, tanpa jendela, tanpa cahaya matahari, tanpa sirkulasi udara. Ruangan yang lebih mirip gudang itu terpaksa menjadi tempat mereka berbaring setiap malam. Di sanalah Elem dan Jua melewati hari, berlapis usia dan sakit, di ruang yang perlahan menutup.

Usia senja biasanya menjadi masa untuk bercengkerama bersama keluarga dalam rumah yang hangat. Tetapi bagi Mak Elem, rumah rapuh itu adalah seluruh cerita hidupnya. Ia tidak lagi meminta banyak. Hanya berharap bilik itu tetap berdiri, sampai saat ia tak lagi membutuhkannya.

Rumah orang lain mungkin tempat menata masa depan. Bagi Mak Elem, rumah reyot itu adalah cara sederhana untuk bertahan—tempat terakhir di mana ia masih bisa berkata: “ieu imah, sanajan kumaha ogé (ini rumah, meski bagaimanapun juga, red)”.

Selama tinggal di sana, Mak elem mengaku belum dapat bantuan apapun. Hanya bantuan uang dari RT/RW setempat dan Wakil Komandan Koramil 1224 Cipedes, Sertu Usep Kumara, yang datang langsung ke rumahnya memberi bantuan.

Hal itu dibenarkan Usep. Saat Radar tiba, ia baru saja beranjak dari rumah Mak Elem.

0 Komentar