Tanpa Kepala Keluarga, Nenek 90 Tahun di Kota Tasikmalaya Ini Hanya Tinggal Bersama Anaknya yang Tunanetra

Potret kemiskinan di Kota Tasikmalaya
Wakil Danramil 1224 Cipedes Kota Tasikmalaya, Sertu Usep Kumara mengunjungi Mak Elem dan Jua, anaknya, untuk memberikan bantuan, Rabu 20 Agustus 2025. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di Kampung Ujung Sari RT2 RW 17, Kelurahan Cipedes, Kota Tasikmalaya, berdiri sebuah rumah kecil berukuran dua kali tiga meter. Dinding biliknya reyot, atapnya berlubang, terasnya retak.

Rumah itu ditinggali Mak Elem (90) bersama anak tunggalnya yang tuna netra, Jua (70). Sudah sepuluh tahun rumah itu ditempati. Bukan miliknya sendiri. Rumah dan tanah yang ditinggali tersebut adalah milik orang lain.

Ia pindah ke sana saat suaminya masih hidup. Kini sang suami telah tiada. Karena faktor usia, Mak Elem sudah tak ingat kapan suaminya meninggal. Ia juga lupa di mana sebelumnya tinggal. Yang jelas menurutnya masih di Kota Tasikmalaya.

Baca Juga:Kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan 1000 Persen di Cirebon Distop Gubernur Jabar, Ini Kata Dedi MulyadiKota Tasikmalaya dan Dua Daerah Lain Belum KLA, Pemprov Jabar Gagal Raih Penghargaan Provila dari KemenPPA

Saat Radar, mengunjungi rumahnya, Rabu (20/8/2025), elem keluar dari kamar tidur. Langkahnya sangat ringkih. Ia berhati-hati. Tubuh yang renta ditambah asam uratnya yang sedang kambuh membuat dia mesti berjalan sangat pelan.

“Abdi tos teu gaduh naon-naon deui, ngan ukur ieu bumi. Sanaos reyot, ieu mah tetep imah pikeun abdi jeung budak (saya sudah tidak punya apa-apa lagi, hanya rumah ini. Meski reyot, ini tetap rumah unttuk saya dan anak, red),” ucap Mak Elem (90) dengan lirih, saat ditanya perihal rumahnya tersebut.

Dari luar, rumah itu memang tampak meleyot. Sejumlah cabang kayu di bawah rumah mulai miring. Dinding bilik sebagian besar jebol tanpa ditutup. Plafon alias langit-langit rumah sebagian juga berlubang, sehingga samar-samar terlihat cahaya.

“Mun henteu hujan, bumi ieu panas pisan. Tapi lamun hujan ageung sareng angin, cai teh lebet kedah nadah ngangge ember-ember ieu. Ya sabar we da teu aya deui iwal di dieu (kalau gak hujan, rumah ini panas sekali. Tapi kalau hujan disertai angin, air suka masuk, harus nadah pakai ember ini. Saya sabar karena gak ada lagi rumah selain di sini, red),” tuturnya.

Keinginan Elem untuk melihat rumah itu lebih baik sangat besar. Namun, apa daya, mereka bukan keluarga berada. Saat ini, dia tinggal bersama salah satu anaknya, Jua (70), yang tunanetra dan juga mengidap sakit jantung.

0 Komentar