Hidupnya tak lepas dari ujian. Orang tuanya telah tiada, dan ia menjadi tumpuan bagi dua adiknya. Bahkan, di salah satu momen penting, ia tampil sebagai pembuka untuk Mamat Alkatiri, lalu satu jam setelah turun panggung, adiknya meninggal dunia.
Meski begitu, ia tetap menjadikan seni sebagai ruang penyembuhan diri. “Seni itu paling enak, paling nyaman. Saya bisa ngomong apa adanya, didengar orang. Tempat hiburan saya sendiri,” ucapnya.
Baginya, tawa punya kekuatan untuk mengubah suasana hati seseorang. “Stand up comedy itu banyak orang senang dan ketawa, tapi komikanya justru yang merasa lebih senang. Tadinya orang sedih bisa jadi senang. Dengan melucu, semoga bisa bermanfaat,” tuturnya.
Baca Juga:Jayantara Priangan Timur 2025 Siap Ramaikan Akhir Pekan! BI Tasikmalaya Dorong Akselerasi EkonomiDosen Unsil Kenalkan Teknologi Robotika kepada Siswa SDN Citapen
Kini, ia bersama komunitas stand up di Tasikmalaya rutin menggelar latihan dan open mic setiap pekan, membuka panggung bagi siapa saja yang ingin mencoba. “Siapapun pengunjung bisa coba,” katanya. (Ayu Sabrina B)