RADARTASIK.ID – Di momen HUT RI ke-80 tahun, angka kemiskinan di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Hal ini menunjukkan kemerdekaan bangsa belum ditunjang dengan kesejahteraan masyarakat.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum PUI Raizal Arifin yang menyebutkan kemerdekaan merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa. Namun hal tersebut bukan lah capaian akhir, melainkan situasi yang perlu ditindaklanjuti. “Ia (kemerdekaan) adalah pintu gerbang, bukan garis akhir,” ungkapnya melalui catatan.
Meskipun penjajahan secara fisik sudah dilalui, namun perjuangan masih harus dilakukan. Pasalnya bangsa ini masih dihadapkan dengan berbagai persoalan di masyarakat dari mulai sosial sampai ekonomi. “Kita masih berhadapan dengan bentuk penjajahan baru, kemiskinan, kebodohan, korupsi, ketidakadilan dan perpecahan,” katanya.
Baca Juga:Bentrokan di Peringatan Hari Kemerdekaan! Karnaval Agustusan di Tasikmalaya Berubah Jadi Tawuran
Diungkapkannya data BPS tahun 2024 yang menyebut 26,5 juta rakyat Indonesia masih hidup miskin. Ditambah dengan angka pengangguran terbuka yang menca 4,8 persen dari jumlah penduduk yang ada.
Dalam hal pendidikan pun, lanjut Raizal, Indonesia masih berada di peringkat 69 dari 81 negara dalam hal literasi membaca serta matematika berdasarkan laporan PISA tahun 2023. Ditambah lagu laporan oxfam menyebut 1% orang terkaya menguasai lebih dari separuh kekayaan nasional. “Apakah ini wajah kemerdekaan yang kita cita-citakan?,” tanyanya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa cita-cita kemerdekaan yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 belum sepenuhnya terwujud. Meskipun di balik situasi tersebut, ada peluang Indonesia Emas dengan populasi anak muda yang mendominasi yang bisa mewujudkan bonus demografi. “Inilah aset emas bangsa, Pada tahun 2030, kita akan memiliki 191 juta penduduk usia produktif,” katanya.
Namun ketika dominasi anak muda ini tidak dibarengi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, maka malah menjadi malapetaka. “Jka dibiarkan menganggur, maka bonus demografi akan berubah menjadi bencana sejarah,” tuturnya.
Dari hal tersebut PUI menilai kejayaan dalam kemerdekaan bisa dicapai dengan persatuan, perbaikan dan rekonsiliasi. Hal ini guna memerdekakan Indonesia dari perpecahan, korupsi, kemalasan dan rendah diri. “Setelah itu, kita harus berjaya sebagai bangsa yang bermartabat, cerdas, berdaulat dan sejahtera,” ujarnya.