Peran Lingkungan dalam Menangani Dampak Psikologis Kekerasan terhadap Anak, Begini Kata Psikolog

psikolog rika surtika
Rika Surtika, Psikolog
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dari 163 kasus kekerasan terhadap anak di Kota Tasikmalaya, 65 di antaranya menimpa anak laki-laki.

Psikolog Rikha Surtika Dewi menilai, faktor lingkungan menjadi penyebab paling dominan dalam membentuk kerentanan anak terhadap kekerasan, termasuk kekerasan seksual.

Menurut Rikha, lingkungan yang memuat perilaku, bahasa, atau candaan yang mengarah pada seksualitas dapat mengikis batas kesadaran anak tentang hal yang pantas atau tidak pantas.

Baca Juga:Kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan 1000 Persen di Cirebon Distop Gubernur Jabar, Ini Kata Dedi MulyadiKota Tasikmalaya dan Dua Daerah Lain Belum KLA, Pemprov Jabar Gagal Raih Penghargaan Provila dari KemenPPA

Begitu pula dengan lingkungan yang kerap mempertontonkan kekerasan fisik, yang lambat laun dianggap normal oleh anak.

“Bagi anak yang tumbuh di lingkungan seperti itu, paparan perilaku seksual atau kekerasan menjadi sesuatu yang lumrah. Hal ini berlaku pada anak laki-laki maupun perempuan,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, dampak psikologis yang muncul pada korban tidak selalu sama. Perbedaan karakter, sifat, dan pembentukan perilaku sejak dini memengaruhi tingkat resiliensi dan kerentanan anak terhadap stres.

“Sama seperti orang dewasa, ada anak yang tingkat kerentanannya rendah, sedang, atau tinggi. Lingkungan dan support system menjadi faktor utama dalam proses pemulihan trauma,” terangnya.

Masalahnya, tidak semua anak menyadari bahwa mereka mengalami trauma. Bahkan, sebagian menganggap kejadian tersebut wajar.

Dalam beberapa kasus, trauma justru muncul setelah anak melihat reaksi orang-orang terdekat, seperti orang tua yang terkejut atau panik.

Rikha mencontohkan, pernah terjadi kasus pada dua anak usia TK dan SD yang memasukkan benda keras ke area vitalnya hingga mengeluh kesakitan.

Baca Juga:Bupati Pangandaran Lepas Mahasiswa KKN STH Galunggung ke Lima Desa di Kecamatan ParigiBerburu Layangan Putus, Seorang Anak di Kota Tasikmalaya Terserempet Motor dan Meninggal Dunia

Namun, keesokan harinya mereka tetap bermain seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

“Dampak psikologis justru muncul setelah mereka mendapat konfirmasi atau tanggapan dari pihak-pihak terkait, termasuk keluarga,” katanya.

Karena itu, Rikha menegaskan prinsip utamanya: dalam kasus kekerasan terhadap anak, lingkungan memegang peran paling penting, baik dalam pencegahan maupun pemulihan.

Secara umum, Rikha menjelaskan, proses penyembuhan bagi anak laki-laki maupun perempuan memiliki konsep besar yang sama, namun perlu disesuaikan dengan karakter anak. Untuk anak usia dini, salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah play therapy atau terapi bermain.

0 Komentar