RADARTASIK.ID –Bek legendaris Giorgio Chiellini mengaku trio Barzagli-Bonucci-Chiellini masih kalah level dari Baresi, Maldini, Nesta, dan Cannavaro meski sukses menandai era emas pertahanan Juventus.
Dalam wawancara khusus dengan Vivo Azzurro bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-41, Chiellini membahas banyak hal dari masa kecil, studi, hubungan dengan Juventus, hingga perbandingan generasi bek legendaris Italia.
Chiellini mengawali kisahnya dengan menegaskan bahwa sepak bola bukan satu-satunya prioritas di masa mudanya.
Baca Juga:Inter Milan Inginkan Gelandang AS Roma, Massara Minta Mahar Rp904 MiliarMedia Italia: Inter Milan Bidik Tiga Bek Baru Usai Masukkan Pavard ke Daftar Jual
“Gairah saya terhadap sepak bola tumbuh sejak kecil. Tapi, sejalan dengan nilai yang diajarkan orang tua, studi selalu menjadi prioritas lain yang tidak pernah saya abaikan,” ujarnya, dikutip dari TuttoJuve.com.
Lulusan Ekonomi dan Bisnis ini bahkan mengaku kegembiraannya saat meraih gelar akademis nyaris setara dengan ketika ia mengangkat trofi besar bersama Juventus atau tim nasional.
Chiellini juga mengungkapkan bahwa Juventus bukan hanya sekadar klub, tapi sudah menjadi rumah kedua baginya.
“Saya mengorbankan sebagian kehidupan pribadi untuk klub ini, tapi dibalas dengan kesuksesan luar biasa dan cinta dari jutaan penggemar,” kata pria yang membela Bianconeri selama hampir dua dekade.
Berbicara soal lawan dan rekan setim, Chiellini menyebut dua nama spesial yakni Ibrahimovic dan Ronaldo.
“Zlatan Ibrahimovic adalah figur penting sejak awal karier saya. Rekan setim yang paling banyak mengajari saya? Cristiano Ronaldo,” ucapnya.
Ia juga mengakui bahwa citra ‘petarung’ yang melekat pada dirinya lahir dari masa muda yang penuh energi dan emosi berlebihan.
Baca Juga:Usai Terkena Larangan Transfer, Presiden Lazio Mengaku Diancam untuk Menjual KlubDaftar Pemain Terbaik dan Terburuk Juventus Saat Melawan Next Gen: Douglas Luiz Curi Perhatian
“Saat itu saya merasa perlu punya musuh di lapangan. Sekarang saya tahu, itu energi yang terbuang. Kelahiran putri pertama saya banyak membantu proses pendewasaan itu,” jelasnya.
Meski sukses di klub, Chiellini menuturkan bahwa Piala Dunia selalu menjadi luka tersendiri di hatinya.
“Di 2010 dan 2014 kami gagal lolos dari fase grup. Lalu Italia absen di dua edisi berikutnya. Kekalahan dari Swedia pada play-off 2017 membuat saya tak bisa tidur selama beberapa malam,” akunya.