BATANG, RADARTASIK.ID – Pertumbuhan industri hijau di Jawa Tengah semakin pesat.
Hal ini ditandai dengan peresmian operasional tahap pertama PT Solar Energi Generasi (SEG) Solar Manufaktur Indonesia di Kawasan Industropolis Batang (Grand Batang City), Jumat, 8 Agustus 2025.
Peresmian perusahaan asal Amerika Serikat itu dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, dengan didampingi Bupati Batang, Fais Kurniawan.
Baca Juga:Pemprov Jateng Siap Tarik PPPK ke Desa, Koperasi Merah Putih Menunggu Komando PusatEmpat Tahun Beruntun! Jawa Tengah Tak Tergoyahkan sebagai Provinsi Layak Anak
Kehadiran pabrik ini disebut menjadi salah satu langkah besar dalam mendorong penggunaan energi baru terbarukan di provinsi tersebut.
PT SEG Solar Manufaktur Indonesia membangun pabrik photovoltaic (PV) atau panel surya di atas lahan seluas kurang lebih 40-41 hektare di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
Total nilai investasi yang digelontorkan mencapai kurang lebih USD500 juta, atau setara dengan Rp7,6 hingga Rp8 triliun.
Kapasitas produksi mencapai 5 gigawatt (GW) sel surya dan 5 GW modul surya per tahun, menjadikannya pabrik PV terintegrasi terbesar di Asia Tenggara.
Dari sisi ketenagakerjaan, pabrik ini diproyeksikan menyerap lebih dari 3.000 pekerja lokal.
Saat ini, tenaga kerja yang sudah direkrut terdiri dari sekitar 350 pekerja Indonesia dan 70 tenaga kerja asing.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menegaskan, keberadaan pabrik tersebut selaras dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam menggalakkan energi baru terbarukan.
Baca Juga:1.700 Pelari dari 22 Negara ”Serbu” Dieng, Wisata Jawa Tengah Makin MenduniaDari NDX AKA hingga Gigi, Inilah Pesta 80 Tahun Jawa Tengah yang Tak Boleh Kamu Lewatkan
Ia menjelaskan, investasi asing kini cenderung menanyakan ketersediaan energi terbarukan sebelum memutuskan menanamkan modal.
Menurutnya, hal ini menjadi bukti bahwa energi hijau telah menjadi magnet utama bagi investor internasional.
Kehadiran SEG Solar Manufaktur Indonesia di KITB melengkapi geliat investasi energi terbarukan di Jawa Tengah, setelah sebelumnya sebuah perusahaan asal Tiongkok telah beroperasi di Kawasan Ekonomi Kendal (KEK).
Langkah ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 42% pada tahun 2030, sekaligus mempercepat transisi menuju ekonomi hijau dan industri rendah karbon.
Luthfi menambahkan, pengembangan energi terbarukan di Jawa Tengah tidak hanya terbatas pada solar panel.
Berbagai sumber energi lain seperti tenaga air, tenaga angin, dan panas bumi juga tengah dikembangkan.
Semua langkah ini diarahkan untuk mewujudkan kemandirian energi nasional sebagaimana program pemerintah pusat.