RADARTASIK.ID– Di tengah ketatnya persaingan akademik dunia, nama Annabelle Aurelia Jayadinata atau yang akrab disapa Abelle mencuri perhatian di arena Ruangguru Clash of Champions Season 2.
Bukan hanya karena prestasinya sebagai mahasiswa double major di Stanford University, tetapi juga karena ia menjadi satu-satunya perwakilan kampus tersebut di ajang Clash of Champions Season 2.
Performa panggungnya pun tak main-main—membuktikan bahwa kecerdasan dan bakat seni bisa berjalan beriringan.
Awal Perjalanan Menuju Stanford
Baca Juga:Wisata Petik Melon Premium di Tasikmalaya, Langsung dari Pohon! Rasakan Sensasi Manis dan Segarnya!Aksi Bela Diri Penuh Intrik! Man of Tai Chi Tayang Kembali di Indosiar, Iko Uwais Adu Laga dengan Keanu Reeves
Abelle mengaku bahwa proses masuk ke Stanford bukan hal instan. Sejak awal, ia mencoba berbagai kegiatan—mulai dari musik, debat, hingga kompetisi start-up.
Ia bahkan sempat menjalani les balet selama 12 tahun, meski tiga tahun terakhir berada di level yang sama hingga akhirnya memutuskan berhenti.
Dari eksplorasi itu, ia menemukan kegiatan yang benar-benar disukai sekaligus membangun dampak positif bagi orang lain.
Abelle pernah mengajar musik untuk anak-anak di daerah, mengadakan konser amal, hingga membantu penggalangan dana beasiswa.
Menurutnya, kunci sukses mendaftar ke universitas impian adalah menjadi diri sendiri, mengejar hal-hal yang membuat bahagia, dan berharap kegiatan tersebut memberi manfaat untuk orang lain.
Ia juga menekankan bahwa prestasi akademik bukan satu-satunya penentu. Baginya, kepribadian yang tulus dan passion yang terlihat jelas justru menjadi nilai tambah.
Pilihan Abelle terhadap Stanford ternyata cukup unik. Ia mengikuti jejak sang kakak dan mendaftar lewat jalur early action, yang hanya memungkinkan memilih satu universitas.
Baca Juga:Bioskop Asia ANTV Malam Ini: Aksi Kocak dan Tegang di Dreadnaught, Pertarungan Tukang Cuci Lawan Buronan!Rekap Episode 13 Clash of Champions Season 2: Adu Ingatan Sengit, 2 Kursi Top 24 Masih Misterius!
Salah satu alasan utamanya adalah cuaca yang hangat dan suasana kampus yang menyenangkan—meskipun saat kunjungan pertama, hujan justru menyambutnya.
Menariknya, ia sempat ditolak oleh UC Berkeley dan University of Washington. Pengalaman itu membuatnya percaya bahwa penerimaan universitas tidak mendefinisikan nilai seseorang.
Menurut Abelle, kadang jalur hidup memang berbeda dan bisa jadi itu adalah rencana yang lebih baik.
Karena diterima di putaran awal, ia tidak perlu mengajukan lamaran ke universitas lain. Namun, ia sempat mempertimbangkan jurusan film di USC atau musik di universitas lain jika gagal masuk Stanford.