TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Suatu hari yang tak akan terlupakan bagi Muhamad Lutpi Alamin. Pemuda penyandang disabilitas netra sejak lahir asal Kampung Situgede, Desa Cibatuireng, Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya yang resmi dinyatakan lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dan diterima sebagai mahasiswa baru Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Detik-detik haru itu terjadi pada satu hari di Mei 2025 sekitar pukul 15.15 WIB, saat Lutpi sedang berada di ruang kantor pesantren. Melalui gadget-nya, ia melihat namanya tertera sebagai calon mahasiswa UNESA.
“Aku masih belum percaya, baru kemudian aku kabari orang tua dan wali kelas Pak Ahmad,” ujar Lutpi dengan penuh haru . Ia merupakan satu-satunya lulusan dari 31 SLB di wilayah Tasikmalaya yang berhasil tembus ke PTN via jalur SNBT.
Baca Juga:Dosen Unsil Kenalkan Teknologi Jadwal Salat Digital Otomatis di Masjid Al-‘Ashri Tamansari TasikmalayaMeriahkan HUT RI ke-80, Alhambra Hotel & Convention Tasikmalaya Hadirkan Kids ArtVenture
Sebagai alumnus SLB Negeri Tamansari, materi setara SMA yang menjadi dasar ujian SNBT tidak diajarkan sepenuhnya di sekolahnya. Sejak Februari 2025, Lutpi belajar otodidak melalui YouTube dan menggunakan aplikasi edukasi seperti Schooling dari Playstore.
“Banyak materi yang belum dibahas di sekolah, akhirnya saya cari dari luar,” katanya. Kebahagiaan itu juga dihiasi rasa cemas: biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari di Surabaya menjadi tantangan berat bagi keluarga.
“Untuk sekolah, Insya Allah bisa. Tapi untuk biaya sehari-hari masih tanda tanya. Mamah bilang akan diusahakan, tapi jika tidak mampu, mamah minta maaf,” tuturnya.
Ayahnya, Abdul Kodir Alamin (67), yang sejak 2013 tak lagi bekerja karena penyakit lambung dan rematik, hanya bisa terbaring selama hampir lima tahun terakhir. Usahanya di bidang konveksi bordir pun telah bangkrut, penglihatannya pun mulai terganggu.
“Abdi ayeuna teu usaha (saya sekarang tidak usaha lagi) soal biaya bapak angkat tangan. Mudah-mudahan aya rejekina, meureun biayana aya welas jutana. (Saya sekarang tidak bekerja. Soal biaya, ayah angkat tangan. Semoga ada rezeki, mungkin biayanya belasan juta rupiah),” harapnya.
Lutpi bercita-cita merantau ke Surabaya untuk program studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) di UNESA. Ia berencana menjadi dosen sekaligus ajengan, dan menyampaikan pesan ringan namun penuh harapan pada teman-teman penyandang disabilitas: