GARUT, RADARTASIK.ID – Kebijakan larangan study tour yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memicu beragam reaksi dari berbagai daerah.
Beberapa pihak mendukung penuh, sementara sebagian lainnya menilai perlu ada penyesuaian.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut termasuk yang memberikan respons terhadap kebijakan larangan study tour Gubernur Dedi Mulyadi.
Baca Juga:Lima Rumah di Bibir Jurang, Relokasi Warga Banjarwangi Garut Jadi Jalan Satu-SatunyaRibuan Mahasiswa Universitas Garut Terjun ke Desa-Desa, Bawa Misi Atasi Stunting dan Sampah
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Disparbud Kabupaten Garut, Aam Pathulloh, menyampaikan, pihaknya menghormati keputusan gubernur.
Menurutnya, kebijakan itu lahir dari pertimbangan keselamatan dan perlindungan peserta didik, yang menjadi prioritas bersama.
Aam menjelaskan, secara umum kebijakan tersebut berdampak pada penurunan kunjungan ke sektor pariwisata Kabupaten Garut, khususnya dari rombongan pelajar yang biasanya datang melalui program study tour sekolah.
Sektor wisata edukatif di Kabupaten Garut seperti museum, situs sejarah, dan destinasi alam ramah pelajar disebutnya menjadi yang paling terdampak.
Hal ini kini menjadi catatan penting bagi Disparbud Kabupaten Garut untuk mengevaluasi sekaligus menyesuaikan strategi pemasaran pariwisata daerah.
Dari sisi tujuan, Aam menilai kebijakan larangan study tour sudah tepat sebagai bentuk perlindungan terhadap anak-anak.
Namun, ia melihat masih ada ruang untuk mengembangkan solusi alternatif agar kegiatan edukasi dan promosi wisata tetap bisa berjalan berdampingan.
Baca Juga:DPRD Kabupaten Garut Kritik Kebijakan Larangan Study Tour Gubernur Jawa Barat Dedi MulyadiLonjakan Kasus Hepatitis A di Garut: 95 Orang Terduga Terinfeksi, Sekolah Jadi Fokus Penanggulangan
Menurutnya, kebijakan ini akan lebih efektif jika diikuti dengan aturan turunan atau panduan teknis yang memungkinkan kegiatan edukatif tetap berlangsung dalam bentuk yang aman dan terkontrol.
Disparbud Kabupaten Garut pun mendorong adanya kolaborasi antara pemerintah daerah, pihak sekolah, dan pelaku industri pariwisata untuk menciptakan program wisata edukatif lokal.
Aam mencontohkan ide seperti ”Eduwisata Lokal” atau ”Wisata Tematik dalam Kabupaten” yang mengajak pelajar mengenal potensi daerahnya sendiri.
Program semacam itu, menurutnya, akan membangun kebanggaan terhadap budaya dan sumber daya lokal, sekaligus tetap memenuhi tujuan pendidikan.
Meski hingga kini pihaknya belum menghitung secara spesifik jumlah kunjungan wisatawan pelajar karena pencatatan masih dilakukan secara keseluruhan, Aam mengakui adanya potensi penurunan jumlah kunjungan, terutama pada periode tertentu seperti menjelang akhir tahun ajaran.