PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Di balik keindahan alam Pangandaran yang tersohor sebagai destinasi wisata unggulan, tersembunyi masalah krusial yang terus menggunung—secara harfiah.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Purbahayu di Kecamatan Pangandaran kini harus menghadapi kenyataan pahit: setiap harinya, rata-rata 70 hingga 83 ton sampah masuk dan hanya ditumpuk tanpa pengolahan memadai.
Selama ini, sistem yang diterapkan di TPA Purbahayu Kabupaten Pangandaran tersebut masih bersifat open dumping, yaitu membuang dan membiarkan sampah menumpuk begitu saja di area terbuka.
Baca Juga:Kesehatan Puluhan Ribu Pelajar di Pangandaran Dicek, Ada Apa?Terendus! Polres Pangandaran Curigai Jaringan Besar Prostitusi Online Mengintai Kawasan Wisata
Praktik ini dinilai sangat berisiko, tidak hanya bagi lingkungan, tapi juga kesehatan masyarakat sekitar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Pangandaran, Dedi Surachman, menyampaikan, pihaknya kini didesak untuk segera melakukan transformasi pengelolaan sampah menuju sistem sanitary landfill—sebuah metode yang lebih aman dan ramah lingkungan.
Ia menjelaskan, sistem tersebut mengharuskan sampah ditutup dengan tanah setiap hari untuk mencegah bau menyengat dan potensi kebakaran.
Tak hanya itu, sistem ini juga dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan air lindi—cairan beracun hasil rembesan sampah—serta pembuangan gas metana yang dapat membahayakan jika dibiarkan menumpuk di bawah permukaan.
Menurut Dedi, perubahan ini bukan hanya ideal, tapi sudah menjadi kebutuhan mendesak.
Pemerintah daerah disebut telah mulai menyusun tahapan awal, mulai dari pengajuan anggaran untuk Detail Engineering Design (DED), pengurusan izin lingkungan, hingga perencanaan teknis lainnya.
TPA Purbahayu sendiri memiliki luas lahan sekitar 4 hektare. Namun, hingga kini baru sekitar 0,6 hektare yang digunakan secara aktif.
Baca Juga:Serangan Anjing Liar Teror Domba di Pangandaran, Bagaimana Respons Dinas Pertanian?Teror Anjing Liar Meluas, Peternak Domba di Pangandaran Resah
Untuk itu, strategi jangka pendek yang dilakukan adalah melakukan proses cut and fill guna memindahkan pembuangan sampah ke lahan yang masih kosong. ”Sampah akan coba dialihkan ke lahan yang masih kosong,” ujarnya, Senin, 4 Agustus 2025.
Meski begitu, tanpa perubahan sistem, perpindahan titik pembuangan hanyalah solusi tambal sulam.
Dedi juga mengakui, jumlah sampah yang masuk ke TPA Purbahayu sangat dipengaruhi oleh musim wisata.
Pada saat kunjungan wisatawan meningkat, volume sampah melonjak hingga 83 ton per hari.