Setiap pagi, siswa memulai hari dengan tilawah. Standar kelulusan bukan hanya rapor akademik, tapi juga kemampuan membaca Al-Qur’an. Bahkan, ujian praktik pun mencakup tilawah.
“MTsN 2 ini tidak berdampingan dengan pesantren. Maka tugas kamilah menjadikan madrasah ini sebagai ruang pembiasaan spiritual,” katanya.
Program pembinaan seperti ngobong (menginap di madrasah), mabit, dan kelas tahfiz menjadi ciri khas. Asep meyakini, pendidikan karakter paling efektif dibentuk lewat rutinitas yang menyenangkan dan menyentuh hati.
TANAMKAN CINTA TANAH AIR
Baca Juga:Indosat Ooredoo Hutchison Tetap Tangguh di Tengah Dinamika Pasar, Fokus pada Inovasi dan Transformasi DigitalJaringan Hyper 5G Telkomsel Memperkuat Daya Saing Bangsa, Terintegrasi dengan AI, Kini Hadir di Bandung Raya
Sebagai alumni PMII dan aktivis kebangsaan, Asep menanamkan nilai-nilai cinta tanah air dalam pembelajaran. Ia mengintegrasikan kurikulum P5RA (Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil ‘Alamin) agar siswa memahami pentingnya hidup dalam keragaman budaya, sosial, dan agama.
Ia bahkan menggagas produksi film pendek Merangkul Bukan Memukul: Toleransi Beragama, sebagai bentuk edukasi tentang semangat keberagaman. Film itu melibatkan langsung siswa dan guru MTsN 2 sebagai aktor dan kru.
“Anak-anak hari ini hidup di tengah banyak kebingungan identitas. Maka tugas kita adalah menunjukkan cara menjadi manusia seutuhnya, yang toleran, yang punya rasa, yang cinta tanah air,” ujarnya.
Di bawah kepemimpinan Asep, MTsN 2 juga merintis transformasi digital. Penilaian berbasis sistem, digitalisasi perpustakaan, dan pelaporan rapor daring telah dijalankan. Sekolah juga memfasilitasi WiFi dan loker HP untuk memastikan penggunaan teknologi berjalan tertib.
“Digitalisasi bukan soal tren, tapi kebutuhan. Kita ingin anak-anak tidak gagap teknologi, tapi juga tidak terjebak dalam penyalahgunaannya,” jelasnya.
Kendati ada kebijakan pembatasan HP dari pemerintah daerah, Asep tetap berupaya agar madrasah mampu beradaptasi tanpa kehilangan arah digitalisasi yang sudah dibangun.
Selain sebagai kepala madrasah, Asep aktif sebagai Ketua Kelompok Kerja Madrasah (KKM) se-Kota Tasikmalaya, hingga Bendahara PCNU Kota Tasikmalaya. Ia juga pernah tergabung dalam Badan Peneliti Nasional PBNU, dan sempat mendapat wejangan langsung dari Gus Dur mengenai pentingnya pendidikan yang berbasis nusantara dan perdamaian.
Baca Juga:Lagi, Alfamart Berangkatkan Anak Toko Umrah ke MakkahHotel Santika Tasikmalaya Gelar Program GM For A Day, Kenalkan Dunia Hospitality ke Anak-Anak
“Gus Dur bilang, pendidikan harus memayungi masyarakat Indonesia. Itu yang terus saya pegang sampai sekarang,” ujarnya.