RADARTASIK.ID – Nama Moreno Torricelli pernah begitu harum dan mencuri perhatian penggemar di Serie A berkat penampilannya yang urakan.
Mantan bek tangguh Juventus dan Fiorentina ini dikenal karena etos kerja luar biasa dan perjalanan kariernya yang inspiratif.
Namun, di balik gemerlap dunia sepak bola, Torricelli menyimpan kisah duka mendalam yang membuatnya memilih mundur dari dunia yang telah membesarkan namanya usai kepergian sang istri tercinta, Barbara.
Baca Juga:Brocchi Kagum dengan Keyakinan Pemilik Como ke Fabregas: Di klub lain Ia Mungkin Sudah DipecatDikabarkan Jadi Rebutan 4 Tim Serie A, Jay Idzes Tertawa: Saya Kapten Venezia!
Dalam sebuah wawancara eksklusif dan menyentuh bersama Il Corriere della Sera, Torricelli menceritakan alasan utama di balik keputusannya meninggalkan dunia sepak bola.
“Selama istri saya sakit, dua jam di lapangan menjadi pelarian yang menyelamatkan. Tapi setelah itu, semuanya berubah,” ungkap pria 54 tahun tersebut.
Barbara, istri Torricelli diketahui meninggal dunia di usia 40 tahun akibat penyakit ganas.
Penyakit itu mulai tampak menjelang Natal, saat Barbara terus-menerus merasa lelah dan demam ringan.
Setelah serangkaian tes dan pemeriksaan, dokter menyampaikan kabar pahit: hanya ada 2% kemungkinan kesembuhan dari tahun ke tahun pasca-transplantasi sumsum tulang.
“Saya tidak bilang apa-apa ke Barbara, keluarganya, bahkan anak-anak kami. Saya tak mau mereka kehilangan harapan,” tutur Torricelli.
Ia memilih menjalani hari demi hari tanpa membuat rencana jauh ke depan, hanya berharap dan bertahan.
Baca Juga:Ketika Anak-Anak Mourinho Selamatkan AS Roma dari Sanksi Financial Fair PlayMantan Pelatih AC Milan Dukung Inter Datangkan Lookman: “Dia Pemain dengan Kepribadian Kuat”
Dalam masa-masa sulit itu, Torricelli terus berusaha tersenyum di depan keluarga, meskipun dalam hati ia terus dihantui ketakutan akan kehilangan.
Barbara sempat memberikan harapan untuk pulih ketika kembali ke rumah selama satu setengah bulan pasca-transplantasi.
Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama. Penyakit kembali datang, dan dalam hitungan minggu, semuanya berubah menjadi duka.
“Mengelola emosi sambil berpura-pura semuanya baik-baik saja adalah bagian terberat. Saya baru menangis di hari-hari terakhirnya,” ungkapnya dengan jujur.
Torricelli memiliki tiga anak, yang saat kepergian ibunya masih berusia 10, 11, dan 16 tahun.
Ia mengakui mereka tidak pernah tahu kondisi sebenarnya sang ibu karena dirinya tak punya kekuatan untuk menceritakan kepada sang buah hati.
“Saya tak pernah sanggup memberitahu mereka. Mungkin mereka akan membaca kebenarannya untuk pertama kali lewat wawancara ini,” ucapnya lirih.