Ia berharap agar program ini menghasilkan dampak nyata, bukan hanya sebatas seremoni.
Penekanan diberikan pada hasil konkret, seperti panen dari satu pohon, satu kandang ternak, atau satu pekarangan rumah.
Pendekatan kolaboratif berbasis pentahelix—yang melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, sektor swasta, akademisi, dan media—menjadi strategi utama dalam mendorong keberlanjutan program.
Baca Juga:Ruas Jalan Parakan–Patean Jawa Tengah Mulai Diperbaiki setelah Dikeluhkan WargaStasiun Garut Menembus Jawa Tengah? PT KAI Mulai Kaji Usulan Rute Baru
Dengan dukungan lintas sektor, Rabu Pon ditargetkan mampu memberikan solusi terhadap persoalan gizi keluarga, kemiskinan, dan pelestarian lingkungan secara simultan.
Sebagai bagian dari kegiatan peluncuran, turut diselenggarakan pelayanan kesehatan gratis melalui program speling (dokter spesialis keliling), penyaluran bantuan sembako, serta renovasi rumah tidak layak huni.
Kegiatan ini menegaskan bahwa pembangunan ketahanan pangan juga harus disertai dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.
Program Rabu Pon merupakan contoh nyata bagaimana pemberdayaan perempuan, pemanfaatan pekarangan, dan kearifan lokal dapat menjadi kunci membangun kemandirian pangan dari skala mikro—rumah tangga—menuju skala yang lebih luas.
Jika dikelola secara konsisten, program ini berpotensi menjadi model nasional dalam penguatan ketahanan pangan berbasis komunitas. (*)