TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sebanyak 30 anggota Ikatan Remaja Masjid (Irema) dari dua masjid di Kota Tasikmalaya mengikuti pelatihan pemulasaraan jenazah yang diselenggarakan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Siliwangi (Unsil).
Kegiatan ini diadakan di Masjid Nurul Iman, Kelurahan Cilembang, Kecamatan Cihideung, dan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas remaja masjid dalam melaksanakan fardhu kifayah, khususnya dalam hal pemulasaraan jenazah, Minggu 20 Juli 2025.
Peserta pelatihan berasal dari dua kelompok Irema aktif, yakni Irema Masjid Al-Khoiriyah yang dipimpin oleh Arfiyan, dan Irema Masjid Nurul Iman yang dipimpin oleh Alya Khuzaimah.
Baca Juga:Fauzian Faikal Siap Bawa Nafwa FC Salawu Gemilang di Festival Grassroots Tasik Raya Cup 3Anggota DPRD Jabar Arip Rachman Sosialisasikan Perda Pedoman Pelayanan Kepemudaan: Dorong Optimalisasi Pemuda
Tim pengabdian dari Universitas Siliwangi terdiri dari para dosen lintas disiplin ilmu, di antaranya Ceceng Saepulmilah SPdI MPd sebagai ketua pengabdian, serta Drs H Asep Saepulloh Mag, Gadriaman SE MPd, Yoga Gandara MPd, Dr Pepep Mochamad Syafei MPd, dan Galih Rahmat Jatnika MT.
Pelatihan dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Gadriaman SE MPd, yang mewakili tim pengabdian.
Dalam sambutannya, ia mengungkapkan betapa pentingnya pelatihan ini sebagai bekal bagi generasi muda dalam menjalankan kewajiban sosial dan agama, terutama dalam hal pemulasaraan jenazah yang masih kurang dikuasai oleh kalangan muda.
Materi utama pelatihan disampaikan oleh Ketua Tim, Ceceng Saepulmilah SPdI MPd. Ia menjelaskan secara sistematis tentang hakikat kematian, hukum fardhu kifayah, empat kewajiban terhadap jenazah, serta adab dan prosedur penguburan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Sesi materi berlangsung interaktif, dengan banyak peserta yang aktif bertanya baik mengenai hal teknis maupun konsep-konsep terkait. Salah satu pertanyaan menarik muncul dari seorang peserta yang ingin mengetahui hukum tahlilan pada hari ketujuh setelah kematian.
Menanggapi hal tersebut, Ceceng Saepulmilah menjelaskan bahwa tahlilan merupakan sebuah tradisi keagamaan yang berkembang di Indonesia sebagai bentuk solidaritas sosial dan spiritual.
“Mendoakan orang yang telah wafat adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Meskipun tahlilan tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an atau hadits, esensinya tetap sesuai dengan ajaran Islam selama tidak disertai dengan keyakinan atau praktik yang menyimpang,” ungkapnya.