TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Malam hari adalah waktu yang paling berat bagi Sella (16), remaja yatim piatu asal Kampung Sindangsari, Kelurahan Setiamulya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.
Rumah panggung berdinding bilik yang menjadi tempat tinggalnya sejak kecil, kini sudah banyak bolong di sana-sini. Udara dingin menembus dari segala arah, termasuk dari bawah lantai kayu rumahnya.
“Dingin sekali, biliknya sudah banyak yang bolong-bolong. Dingin dari bawah juga terasa, karena ini rumah panggung,” kata Sella saat ditemui, Selasa (22/7/2025) lalu.
Baca Juga:Yang Tersisa dari Gagal Tampilnya Hindia di Kota Tasikmalaya!Hampir Tujuh Tahun Menjabat, Kinerja Kadinkes Kota Tasikmalaya Layak Dievaluasi!
Harapan sederhana terucap dari bibir Sella. Ia ingin bisa tinggal di rumah yang lebih layak agar tak lagi kedinginan dan merasa lebih aman bila hujan deras mengguyur malam hari.
Ditinggal Orang Tua Sejak SD
Sella sudah ditinggal kedua orang tuanya sejak masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Saat ini ia tercatat sebagai siswi kelas 1 di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Fiqhiyah Kota Tasikmalaya.
Sehari-hari, ia hidup bersama kakak kandungnya, Dede Yayat, juga kakak iparnya Yuyun, dan keponakannya, Aditya. Mereka tinggal dalam rumah panggung berukuran sempit, sekitar 8 x 3 meter.
Ruang yang kecil itu disekat dua, sehingga Sella dan keluarga kakaknya memiliki pintu masuk masing-masing.
“Sehari-hari saya dibiayai tiga kakak laki-laki. Saya mau terus sekolah. Alhamdulillah, sekolah di MA gratis,” ujar Sella.
Namun secara ekonomi, kondisi keluarga ini begitu terbatas. Bahkan untuk mengganti sepasang sepatu sekolah pun tak mampu.
Sepatu yang kini Sella pakai adalah sepatu lama yang sudah mulai rusak, ia gunakan sejak masih duduk di bangku SMP.
Baca Juga:Guru Madrasah di Kabupaten Tasikmalaya Rayakan Hari Jadi PGM ke-17 di Islamic CentreAcara Pesta Rakyat dan Panggung Hiburan atas Pernikahan Wakil Bupati Garut Dibatalkan
“Sudah tipis dan mulai jebol, tapi masih saya pakai terus,” ucapnya lirih.
Bantuan Terhambat Status Tanah
Rumah Sella sebenarnya sudah pernah dikunjungi oleh Dinas Sosial Kota Tasikmalaya tahun lalu.
Kala itu, petugas datang untuk menyalurkan serangkaian bantuan, termasuk rencana renovasi atau pemenuhan kebutuhan lainnya.
Namun, upaya perbaikan rumah layak huni terhambat oleh status kepemilikan lahan. Tanah tempat rumah itu berdiri bukan milik Sella ataupun kakaknya, Dede Yayat.