RADARTASIK.ID– Ketika bicara soal investasi, dua instrumen klasik yang selalu jadi perbandingan adalah emas dan properti.
Keduanya sama-sama digemari masyarakat Indonesia, namun memiliki karakteristik yang sangat berbeda.
Lantas, mana yang lebih menguntungkan di tahun 2025 dan seterusnya?
Yuk, kita bahas secara lengkap dan tajam berdasarkan pandangan para pakar keuangan seperti Safir Senduk, Ligwina Hananto, serta data dari Bank Indonesia dan BPS.
Investasi Emas: Kecil-kecil tapi Lincah dan Stabil
Baca Juga:Prem Ratan Dhan Payo, Kembali Tayang Sore Ini di ANTV, Mega Bollywood Romantis, Penuh Intrik Kerajaan!Sinopsis Mega Bollywood Mujhse Shaadi Karogi: Cinta Segi Tiga Sameer, Rani dan Sunny, Tayang Pagi Ini di ANTV!
Emas dikenal sebagai aset aman (safe haven) yang relatif stabil dan tahan terhadap inflasi.
Salah satu keunggulannya adalah likuiditas tinggi—kamu bisa menjual emas kapan saja di Pegadaian, toko emas, bahkan lewat platform online seperti Tokopedia Emas atau Shopee Emas.
Dengan modal mulai dari Rp10 ribu, siapa pun kini bisa mulai investasi emas. Ini membuatnya sangat cocok bagi pemula, terutama yang ingin menyisihkan dana darurat atau melakukan diversifikasi jangka pendek-menengah (1–5 tahun).
Selain itu, emas cenderung naik nilainya saat inflasi tinggi—menjadikannya pelindung aset (hedging) yang efektif.
Namun, jangan terlalu berharap dari sisi cuan besar. Rata-rata return emas dalam 10 tahun terakhir hanya berkisar 6–9% per tahun.
Selain itu, emas tidak memberikan passive income seperti properti. Dan kalau kamu menyimpannya dalam bentuk fisik di rumah, ada risiko pencurian yang perlu diwaspadai.
Investasi Properti: Aset Nyata yang Menghasilkan
Berbeda dengan emas, properti seperti rumah, apartemen, atau kos-kosan, adalah aset nyata yang bisa mendatangkan pendapatan pasif setiap bulan dari hasil sewa. Kenaikan harga properti, terutama di lokasi strategis, bisa mencapai 5–12% per tahun.
Baca Juga:Ini Dia Rekomendasi Software Akuntansi Terbaik 2025 — Mana yang Paling Cocok untuk Bisnismu?Bioskop TransTV: Runner Runner, Saat Perjudian Online Berubah Jadi Mimpi Buruk, Tayang Malam Ini!
Ini membuat properti cocok bagi investor yang mengincar capital gain jangka panjang dan penghasilan rutin. Kamu bisa mendapatkan dua manfaat sekaligus: pertumbuhan nilai aset dan cashflow dari penyewaan.
Namun, properti tidak datang tanpa tantangan. Modal awal yang dibutuhkan cukup besar—mulai dari ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Selain itu, ada sederet biaya tambahan seperti pajak, balik nama, perawatan, dan PBB. Belum lagi sifatnya yang tidak likuid, karena butuh waktu dan proses panjang untuk menjualnya, terutama saat pasar sedang lesu.