TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Menjadi musisi bukan sekadar panggung dan tepuk tangan. Bagi R Atik Suwardi, kelahiran asli Tasikmalaya, musik adalah medium untuk menyampaikan pesan sekaligus membangun manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Selama lebih dari dua dekade, ia tetap konsisten mencipta lagu, tampil, hingga menginisiasi gerakan sosial berbasis musik.
Perjalanan bermusiknya dimulai sejak kelas dua di SMAN 2 Tasikmalaya. Meski sempat melanjutkan kuliah ekonomi di UII, Yogyakarta, kecintaan pada musik membawanya meninggalkan bangku kuliah.
Bersama teman-teman, ia sempat membentuk EQ Band, lalu Cleopatra, band yang mengantarkannya manggung di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Cirebon dan Yogyakarta. Cleopatra menjadi salah satu band asal Tasik yang kerap tampil sebagai band pembuka musisi nasional seperti Slank, Peterpan, dan Ungu.
Baca Juga:Sharp Luncurkan AQUOS QLED TV Terbaru, Hadirkan Gambar dengan 1 Miliar WarnaIndosat Kenalkan HiFi Air HKM 127+, Internet Rumah Fleksibel dan HematÂ
“Dulu manggung di kafe itu bergengsi. Bahkan, baju pun diendorse dari distro. Dibayar juga. Jadi hidup dari musik,” kenangnya.
Saat itu, ia dan bandnya sudah merekam lagu menggunakan pita analog dua inci—proses yang menuntut ketelitian tinggi. Atik juga aktif menciptakan lagu. Salah satu karyanya, “Jika Kau Pilih Air Mata”, dirilis tahun 2015. Bersama Cleopatra, ia sudah memiliki dua album dan 20 single. Proses penciptaannya sering dilakukan secara terpisah dengan vokalis karena kendala jarak.
Tahun 1999, Atik mendirikan Cleopatra, band yang identik dengan dirinya. Cleopatra tak hanya manggung di Tasikmalaya, tapi juga tampil di berbagai kota besar seperti Bandung, Jakarta, Cirebon, dan Yogyakarta. Mereka pernah membuka konser band nasional seperti Peterpan, Slank, hingga Ungu.
“Cleopatra saya bangun seperti keluarga. Tidak ada istilah bubar,” ujar Atik. Nama Cleopatra sendiri ia temukan dari majalah, lalu dijadikan simbol perjalanan musiknya.
Ia memainkan bass, belajar otodidak dari gitar, menonton video klip, dan menciptakan karya sejak zaman rekaman analog. “Waktu itu, salah rekam harus dari awal lagi. Tapi itu bagian dari proses,” kenangnya.
Hingga kini ia telah memiliki rumah produksi sendiri bernama Atap Digital Recording.
Meski identik dengan dunia panggung dan lagu cinta, Atik memiliki sisi lain: ia menciptakan lagu-lagu edukatif, tematik, dan sosial. Saat pandemi Covid-19, ia menggagas karya untuk para tenaga medis berjudul “Avenger” serta lagu “Anak Surga” untuk anak yatim.