TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Warga Babakan Kaliki, Desa Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya, secara resmi melakukan penyegelan terhadap Sarana Olahraga (SOR) Mangunreja pada Jumat, 18 Juli 2025.
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk keresahan terhadap mangkraknya pembangunan stadion sejak tahun 2014 serta kekhawatiran atas berubahnya fungsi lahan menjadi tempat kegiatan negatif.
Ketua Paguyuban Patas Saninten, Dani Reksa Narada mengatakan, warga merasa tidak lagi bisa tinggal diam melihat kondisi stadion yang awalnya dijanjikan sebagai simbol kemajuan, namun kini justru menjadi lambang keterlantaran.
Baca Juga:Fauzian Faikal Siap Bawa Nafwa FC Salawu Gemilang di Festival Grassroots Tasik Raya Cup 3Anggota DPRD Jabar Arip Rachman Sosialisasikan Perda Pedoman Pelayanan Kepemudaan: Dorong Optimalisasi Pemuda
“Penyegelan tersebut bukan bertujuan untuk menghambat pembangunan, tetapi sebagai bentuk protes terhadap pembangunan yang terhenti tanpa kejelasan sejak lebih dari satu dekade lalu,” ujarnya, menjelaskan.
Dani menjelaskan bahwa warga telah menjadi saksi langsung atas dampak negatif dari proyek terbengkalai ini. Sejak awal pembangunan, lahan milik warga telah digusur.
“Alih-alih membawa harapan, yang tumbuh di lokasi tersebut hanyalah ilalang, sampah, dan kemarahan yang selama ini ditahan. Stadion yang tidak kunjung selesai justru menimbulkan masalah sosial baru di lingkungan sekitar,” ucapnya.
Dani mengungkapkan bahwa lokasi stadion kini sering digunakan oleh pelajar untuk bolos sekolah, pesta minuman keras, bahkan menjadi tempat perbuatan asusila.
“Warga mempertanyakan apakah kepentingan mereka hanya diperhitungkan saat proyek dimulai, lalu dilupakan begitu saja ketika pembangunan mangkrak,” ucapnya.
Bagi warga, kata Dani, ini bukan sekadar soal fisik bangunan. Lebih jauh, ini adalah persoalan harga diri masyarakat dan keadilan sosial. Karena itu, penyegelan dilakukan bukan sebagai bentuk penolakan pembangunan, melainkan sebagai suara tuntutan yang selama ini tidak didengar.
“Kami ingin kepastian, kapan stadion ini akan diselesaikan, siapa yang akan bertanggung jawab atas pengelolaan, dan kapan pemerintah turun tangan secara nyata,” ucapnya.
Baca Juga:Kuatkan Peran FKDM Kabupaten Tasikmalaya dalam Menjaga Keamanan: Bentuk FKDM Kecamatan dan DesaTubuh Mengingat Segalanya: Eksperimen Terapi Alternatif BCR Gunakan EEG untuk Ukur Efektivitas
Dani menambahkan bahwa masyarakat telah menempuh berbagai cara, mulai dari menyurati hingga berdialog dengan pihak berwenang. Namun, semua upaya itu dinilai tidak cukup. Maka, warga kini bersuara lebih keras, meskipun tetap dalam koridor santun.
Dani juga menyindir bahwa dalam iklim sosial saat ini, keadilan dan perhatian baru hadir setelah isu menjadi viral di media sosial. Warga Babakan Kaliki sudah terlalu lama bersabar. Kini, mereka ingin menunjukkan bahwa masyarakat kecil pun bisa bersuara dengan kepala tegak.