“Gerakan lingkungan harus dimulai dari pemahaman yang konkret di lapangan. Pemetaan sosial jadi pintu masuknya,” kata Randi.
Dari proses tersebut, akan lahir ruang publik partisipatif yang disebut mereka sebagai P2M atau Permusyawaratan Perwakilan Madani. P2M ini nantinya diharapkan bisa menjadi forum warga untuk membahas, merancang, dan mengawal isu-isu lingkungan secara kolektif dan berkelanjutan.
Kegiatan diskusi di tengah sawah ini, menurut Randi, juga menjadi simbol penting. Peserta diskusi bisa belajar langsung dari alam, di tengah alam, untuk mencari solusi menjaga alam.
Baca Juga:Membanggakan! Enam Siswa MAN 1 Tasikmalaya Lolos ke Universitas Al-Azhar KairoPolisi Sayangkan EO Konser Ruang Bermusik di Kota Tasikmalaya Telat Urus Izin
Ia menyebut bahwa ruang-ruang semacam ini bisa mendorong mahasiswa dan masyarakat berpikir lebih organik dan menyeluruh dalam melihat persoalan lingkungan.
“Karena perubahan tidak akan datang dari seminar-seminar mahal di hotel saja. Ia lahir dari tanah, dari sawah, dari perjumpaan-perjumpaan seperti ini,” tuturnya. (Ayu Sabrina)