Gandeng Pemkot Tasikmalaya, ReDEF Dorong Kesetaraan Kesempatan Kerja Kaum Disabilitas Lewat BRIDGE

peluang kerja kaum disabilitas
Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi menyapa anak difabel di SLB Bahagia, Selasa 15 Juli 2025. (IST)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Bagi sebagian besar pencari kerja, tantangan dalam mendapatkan pekerjaan mungkin terletak pada persaingan atau keterampilan. Namun, bagi penyandang disabilitas, tantangannya jauh lebih kompleks: mulai dari akses pendidikan yang tidak inklusif, diskriminasi sosial, hingga minimnya ruang yang disediakan oleh pasar kerja.

Ketimpangan ini membuat angka partisipasi kerja difabel tetap rendah, meskipun mereka memiliki semangat dan potensi yang sama untuk berkontribusi dalam pembangunan. Situasi tersebut menjadi latar belakang peluncuran program BRIDGE (Building Resilience, Inclusive and Development for Growth and Employability) di Kota Tasikmalaya di SLB Yayasan Bahagia, Kelurahan Cikalang, Kecamatan Tawang, pada Selasa (15/7/2025).

Program ini digagas oleh REDEF —sebuah yayasan pegembangan ekonomi daerah— dan didanai oleh British Council melalui program global Youth Connect. Tujuannya, sebagai upaya menghadirkan peluang kerja yang lebih luas dan setara bagi kelompok rentan, khususnya penyandang disabilitas dan masyarakat prasejahtera.

Baca Juga:Membanggakan! Enam Siswa MAN 1 Tasikmalaya Lolos ke Universitas Al-Azhar KairoPolisi Sayangkan EO Konser Ruang Bermusik di Kota Tasikmalaya Telat Urus Izin

Ketua REDEF, Santi Nining Susanti, menyampaikan bahwa selama ini ruang bagi penyandang disabilitas untuk berperan aktif dalam pembangunan sangat terbatas. Selain tidak memiliki akses terhadap pendidikan inklusif, mereka juga sulit menembus pasar kerja formal. Program BRIDGE hadir untuk menjembatani kesenjangan ini.

“Kesenjangan terhadap ilmu pengetahuan dan lapangan kerja masih sangat nyata, termasuk juga keterbatasan fisik yang dihadapi teman-teman penyandang disabilitas. Program ini didanai oleh British Council dan dirancang untuk memberdayakan kelompok marjinal,” ujar Santi.

Program BRIDGE akan berlangsung selama 11 bulan, mencakup pelatihan keterampilan, pendampingan individu, dialog kebijakan, hingga kegiatan jejaring bersama pelaku usaha dan komunitas. Para peserta akan dibagi dalam lima kelas: Kelas A, B, dan C untuk penyandang disabilitas. Kelas D bersifat inklusif. Kelas E untuk peserta dari kalangan prasejahtera

Kegiatan akan dilaksanakan dari Juli hingga November 2025. Adapun modul pelatihan yang diberikan meliputi keterampilan digital, ketahanan diri (resilience), serta komunikasi efektif. Pelatihan ini juga melibatkan pelaku usaha dan pelatih komunitas dari kelompok rentan untuk memastikan pendekatan yang relevan dan partisipatif.

Santi menambahkan, BRIDGE menargetkan setidaknya 15 persen dari total peserta dapat terserap dalam program magang setelah pelatihan.

0 Komentar