Pria yang merupakan salah satu tokoh ternama di ormas Muhammadiyah Jawa Barat ini, memahami bagaimana beratnya perasaan orang tua melepas anaknya ke pesantren.
“Serah terima bapak ibu akan menitipkan anak-anak kepada kami. Rumusnya orang tua melepas anak ada di akronim dari Titip,” kata Kang Uum.
Kang Uum yang merupakan Alumni Universitas Islam Bandung (Unisba), mengurai makna dari akronim TITIP.
Baca Juga:Konser Musik di Kota Tasikmalaya Terancam Batal: Tokoh Ini Sebut Ada Tiga Kelemahan Prosedur!18 Tim Bola Voli Putri Kota dan Kabupaten Tasikmalaya Beradu Skill di Taruna Mandiri Cup I
Pertama, Tegar. Situasinya harus sama-sama menguatkan hati saat pisah dengan putra dan putrinya.
“Terutama mamanya harus tegar. Berpisah dengan putra dan putrinya. Ini berpisah untuk kebaikan. Kalau santri karena interaksi dengan yang lainnya semakin hari semakin kuat,” ujar pria mantan politisi ini.
Akronim kedua, Ikhlas.
“Kuatkan hati kita. ikhlaskan kepada Allah. Kita sayang tapi ada yang lebih sayang yaitu Allah SWT,” tutur Kang Uum.
Selanjutnya akronim ketiga, Tawakal. Dikatakan Kang Uum, orang tua dengan menitipkan putra putri ke pesantren jalani dengan penuh kesabaran. Juga husnudzon kepada Allah. Demi kebaikan anak-anak di kemudian hari.
Akronim keempat, Ikhtiar. Maksudnya kata Kang Uum, anak-anak di sini akan terus dibina untuk pelan-pelan paham bagaiman mengenal diri mereka.
Agar tahu posisi sebagai seorang muslim. Dibangun mentalnya untuk siap mengikuti pendidikan di pesantren.
Ikhtiar pihak pesantren, yaitu apa yang sudah diajarkan akan diterapkan.
“Ikhtiar seorang orang tua, bagaimana memenuhi hak-hak anak selama di pesantren. Sekalipun berpisah tempat. Baik materi bayaran, infak bulanan. Tapi yang lebih penting ikhtiar spiritual yaitu doa. Apalagi saat sholat malam. Kami juga di sini ajarkan doan untuk orang tua,” tutur Kang Uum.
Baca Juga:Soroti Kebijakan 50 Siswa Per Rombel, Legislator Kota Tasikmalaya Ini Minta Gubernur Jawa Barat Lebih Bijak543.015 Siswa di Jawa Barat Gagal Masuk SMA-SMK Negeri, 23 Ribu Kursi di Sekolah Negeri Masih Kosong
Akronim terakhir, Percaya. Maknanya percaya anak akan apa yang didapatkan. Baik aspek fisik maupun aspek lainnya.
“Bullying (perundungan). Alhamdulillah di pesantren al Furqon dalam 1 tahun ini tidak ada bullying fisik. Tahun sebelumnya ada tapi menurun. Itu dilakukan dengan menerapkan disiplin positif islami,” tegas pria yang semasa kuliah di kampusnya, era orde baru, dikenal sebagai aktivis pergerakan mahasiswa. Selalu mengobarkan semangat anti penindasan.