Mamah berdoa untuk orang tuanya. Mertuanya. Anak-anaknya. Menantu dan cucu-cucunya. Besannya. Saudaranya. Keponakannya. Kerabat, tetangga, sahabat, gurunya. Tentu semua yang mamah ingat dan sayangi. Mustajab. Aamiin.
”Mamah merasa senang dan haru. Walau cuaca sangat panas membakar. Suhu 42 ′ Celcius. Tapi tetap bersyukur. Bisa balik ke sini (Madinah) lagi bareng anak,” cerita Lusi Nurhayati kepada Radartasik.id via pesan WA, Senin, 14 Juli 2025, siang.
”Kemarin tur masjid lihat museum, masjid Abu Bakar….dll. Sempat capek ketinggalan rombongan. Tapi ditunggui anak. Pas mau masuk Nabawi juga lancar…eh pas mau salat kram,” cerita Lusi.
Baca Juga:Belajar dari Negeri yang Menghormati Petani, Bukan MengabaikannyaAstra Honda Siap Lanjutkan Dominasi di Asia Road Racing Championship Motegi dengan CBR Series
“Mamah suka takut. Eh alhamdulillah pas mau ka masjid magriban bisa sampai. Balik lagi ke hotel. Terus balik lagi ke raudhah. Aman,” lanjut Lusi.
Umrah mamah memang istimewa. Tanggal 17 Juli 2025, beliau akan ada di Mekkah. Tanggal itulah suaminya wafat di tahun 2017.
Mamah bisa berdoa di Baitullah untuk suaminya. Juga untuk tujuh anak dan 7 mantunya, 21 cucu serta satu cucu menantunya, plus dua cicitnya.
Di Mekkah, mamah kami dapat mengenang kebersamaan berhaji dengan suami tercinta. 13 tahun silam. Plus menyempurnakan doa di maqam ijabah: Multazam, Hijir Ismail, Rukun Yamani, atau Maqam Ibrahim.
Selama di tanah suci,Mamah akan leluasa meneguk air zamzam. Air barokah yang dulu dicari Siti Hajar untuk Ismail AS yang kehausan.
Siti Hajar harus berlari dalam kesunyian gurun pasir. Berjuang melawan letih di teriknya sengatan panas matahari. Tujuh kali bolak-balik dari bukit Safa ke Bukit Marwa.
Mamah akan berlari kecil. Bersama putrinya Dr Lusi Nurhayati. Sa’i dari bukit Safa ke Bukit Marwa. Berlari di usia senjanya.
Mabrur dan makbul, mamah dan sang puteri. (*)