“Kalau stigma intoleransi terus melekat, ini akan menjauhkan investor dan menghambat pemulihan ekonomi kita,” katanya.
Menurut Asep, konser musik dan event hiburan lainnya bisa menjadi media strategis untuk menunjukkan bahwa Tasikmalaya mampu bersikap terbuka dan akomodatif.
“Musik itu universal. Sama seperti saat kita sukses gelar event lari lintas level. Kenapa sekarang ketika ada konser justru gaduh?” tanya dia retoris.
Baca Juga:Konser Musik di Kota Tasikmalaya Terancam Batal: Tokoh Ini Sebut Ada Tiga Kelemahan Prosedur!18 Tim Bola Voli Putri Kota dan Kabupaten Tasikmalaya Beradu Skill di Taruna Mandiri Cup I
Ia pun menutup pernyataannya dengan mengajak semua pihak agar lebih proporsional dalam menyikapi kegiatan publik.
“Yang utama adalah regulasi. Selama aturan ditempuh, perizinan jelas, maka nilai bisa dikomunikasikan. Jangan menjegal dengan opini tanpa dasar hukum. Ini soal membangun wajah kota yang lebih terbuka dan wellcome terhadap keberagaman,” pungkasnya. (Firgiawan)