Deviani, Pendiri Rumah Eco Enzyme Kota Tasikmalaya, Perjuangan dari Kursi Roda Menuju Jalan Pengabdian

RAMAH LINGKUNGAN
Deviani menunjukkan produknya di Rumah Eco Enzyme dan Kompos Tasikmalaya. Jumat (11/7/2025). (Ayu Sabrina B/ Radartasik.id)
0 Komentar

Devi aktif menyusuri majelis taklim, pertemuan RW, kelompok tani, hingga lembaga pemerintahan. Ia sudah berbicara di berbagai daerah—dari desa-desa di Tasikmalaya hingga Yogyakarta dan Bandung. Bahkan kini tengah menyiapkan pelatihan bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat di 27 kota/kabupaten.

“Saya menyusur ke majelis taklim, tingkat RW, kelurahan, desa, petani. Pemprov Jabar juga pernah. Sekarang juga mau turun di 27 kota/kabupaten se-Jabar sama Pemprov,” jelasnya.

Tak hanya mengajarkan, Devi juga mendirikan “Sekolah Eco Enzyme” versinya sendiri, tempat siapa saja bisa belajar membuat dan mengaplikasikan eco enzyme secara berkelanjutan.

Baca Juga:Srie Mulyati, Dosen UPI Kampus Tasikmalaya, Kembangkan Modul Ajar Ethno-STEM untuk Tingkatkan Literasi SainsAlumni Satas 90 Pererat Kekompakan, Reuni Sambil Kenalkan Wisata Jeep Galunggung Tasikmalaya

Eco enzyme buatan Devi telah dikembangkan menjadi beragam produk seperti sabun cuci piring, shampoo, cairan pembersih, bahkan minuman fermentasi buah yang menyehatkan. Meski demikian, perjalanan memperkenalkan produknya tidak selalu mulus.

“Awalnya saya kenalkan eco enzyme ini, tapi sempat gak direspons. Sampai akhirnya diminta 1.000 liter untuk dicoba. Sekarang bahkan sudah dipakai di TPA Ciangir,” kisahnya.

Beberapa varian eco enzyme ia simpan selama 2 hingga 4 tahun untuk mendapatkan kualitas fermentasi yang lebih kuat dan multifungsi.

Devi mengakui tantangan terbesarnya bukan pada teknik pembuatan, melainkan mengubah pola pikir masyarakat yang terbiasa dengan kepraktisan. “Kebanyakan orang males. Padahal menurut saya membuat eco enzyme itu mudah. Kita ini kan terprogram instan. Kalau buat yang seperti ini malas,” katanya jujur.

Namun ia tetap berjalan, mengalirkan energi hidup barunya kepada orang lain. Dari rumah bergaya Belanda yang dulu menjadi saksi masa kecil dan sakitnya, kini Devi menebar harapan lewat ilmu, fermentasi, dan ketulusan berbagi. (Ayu Sabrina B)

0 Komentar