TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Rumah Eco Enzyme dan Kompos yang dikelola Deviani di Jalan Kapten Naseh, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, dipadati peserta lintas usia dalam pelatihan “Eco-Talks Training Pemilahan Sampah”, Jumat (11/7/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian dari edukasi pengelolaan lingkungan berbasis rumah tangga, bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya.
Pada sesi pelatihan tahap pertama ini, peserta dikenalkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta praktik langsung mengolah sampah rumah tangga menjadi produk bermanfaat. Deviani—yang akrab disapa Devi—menjadi pemateri utama dan memandu jalannya pelatihan secara interaktif.
Baca Juga:Soroti Kebijakan 50 Siswa Per Rombel, Legislator Kota Tasikmalaya Ini Minta Gubernur Jawa Barat Lebih Bijak543.015 Siswa di Jawa Barat Gagal Masuk SMA-SMK Negeri, 23 Ribu Kursi di Sekolah Negeri Masih Kosong
Peserta diajak menyulap sampah anorganik seperti kemasan makanan dan minuman bekas menjadi ecobrick, yang bisa diubah menjadi barang fungsional seperti kursi, meja, atau keranjang belanja.
“Hari ini training pilah sampah, sebetulnya sebagai pembekalan kita untuk masyarakat. Jadi ada mahasiswa juga ada bank sampah,” kata Devi.
Selain ecobrick, peserta juga belajar membuat eco enzyme, hasil fermentasi dari limbah organik segar yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan kesehatan. Dalam sesi tersebut, Devi menjelaskan proses pembuatannya secara praktis dan mudah, mulai dari mencuci limbah organik, mencampur dengan gula dan air, hingga menyimpannya selama tiga bulan untuk fermentasi.
“Bisa untuk cuci piring, cuci baju, untuk supaya kucing kita gak kutuan, untuk ketombe, luka, biar gak rontok rambut, detox tubuh,” terang Devi.
Ia menegaskan bahwa hanya limbah segar yang digunakan untuk membuat *eco enzyme*, bukan yang busuk.
“Yang busuk dikompos aja. Karena itu dari limbah organik segar, dicuci bersih, direndam di eco enzyme supaya virus dan bakteri patogennya luruh dulu,” tambahnya.
Devi juga mengajak peserta untuk mengubah cara pandang terhadap sampah dan mulai membuat lubang biopori sebagai solusi penyerapan air di rumah.
Baca Juga:Empat Kader Kota Tasikmalaya Dipercaya Jabat Struktural GP Ansor Jawa Barat Periode 2024–2028Dahlan Iskan Jadi Tersangka di Polda Jatim Soal Jawa Pos, Ini 7 Poin Klarifikasi dari Kuasa Hukum
“Mindset-nya dulu yang diganti bahwa itu sampah. Itu sisa makanan, sayuran, yang kalau memang gak mau dibikin kompos bikinlah lubang-lubang biopori. Untuk apa? Itu kan resapan air. Kita bisa menjaga ketersediaan air tanah di bawah rumah kita. Jadi gak akan banjir,” katanya.