Ini Kata Psikolog Soal Dampak Kasus Dosen di Kota Tasikmalaya

psikolog di kota tasikmalaya
Rikha Surtika Dewi, Psikolog di Kota Tasikmalaya.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dampak psikologis dari kekerasan seksual tidak hanya bersifat sementara.

Menurut Psikolog Rikha Surtika Dewi, luka batin yang dialami penyintas bisa membekas dalam waktu yang sangat lama, bahkan sepanjang hidup.

Hal ini, katanya, bukan hanya menyangkut gangguan emosi, tetapi juga memengaruhi cara seseorang memandang dirinya, orang lain, dan dunia di sekitarnya.

Baca Juga:Empat Kader Kota Tasikmalaya Dipercaya Jabat Struktural GP Ansor Jawa Barat Periode 2024–2028Dahlan Iskan Jadi Tersangka di Polda Jatim Soal Jawa Pos, Ini 7 Poin Klarifikasi dari Kuasa Hukum

“Dampak psikologisnya itu beragam. Yang pertama konsep diri—untuk dirinya sendiri pasti ada perubahan. Dari peristiwa itu sendiri yang mungkin akan membekas terus, akhirnya membangun perasaan rendah diri, merasa sakit, kotor, atau apapun itu,” ujar Rikha dalam penjelasannya, Kamis (10/7/2025).

Perasaan tersebut kemudian berkembang menjadi ketakutan, kecemasan, dan trust issue terhadap lingkungan.

Penyintas kerap kehilangan rasa percaya diri untuk berbaur dengan masyarakat karena merasa diri mereka tidak layak atau tidak cukup “bersih” untuk diterima secara sosial.

“Karena menilai diri negatif, akhirnya merasa tidak yakin untuk berhak berinteraksi dengan orang lain,” tambahnya.

Tak hanya aspek sosial, Rikha menyebut bahwa dampak emosionalnya pun sangat kompleks. Kecemasan yang berlebih, depresi, bahkan kehilangan semangat dan motivasi hidup bisa muncul.

Gangguan tidur dan perasaan selalu waspada juga sangat mungkin terjadi.

“Sulit tidur, cemas berlebih, selalu waspada. Itu sangat memungkinkan, tergantung pada peristiwa, kuantitas, intensitas, dan karakteristik kepribadian orang yang bersangkutan atau penyintas,” katanya.

Lebih lanjut, Rikha menyoroti pentingnya peran lingkungan dalam proses pemulihan psikologis. Dukungan dari orang-orang terdekat menjadi faktor krusial.

Baca Juga:Tim Mojang Akademi Persib Bandung Berhasil Hattrick Juara di Piala Pertiwi!Menanti Sikap “Tak Abu-Abu” DPRD Kabupaten Tasikmalaya soal Penghentian Anggaran!

“Ini sangat bergantung bagaimana support system yang diperoleh. Banyak orang yang cenderung fokus pada masalah tetapi melupakan kebutuhan dasar penyintas yang sebenarnya butuh ketenangan, waktu untuk menerima, dan rasa aman,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa penyintas sering kali menjadi objek sorotan yang berkepanjangan, terutama ketika kasusnya ramai diberitakan. Hal itu justru bisa memperparah trauma yang dialami.

“Banyak orang bertanya, diberitakan, akhirnya membuat dia semakin menjadi objek. Entah sampai kapan ini berakhir,” ujarnya.

0 Komentar