Suara Mahasiswa Unsil Kota Tasikmalaya Menggema: Lawan Perilaku Kekerasan di Kampus

mahasiswa unsil
Sejumlah mahasiswa Unsil berfoto bersama aktivis pembela perempuan dan anak Ipa Zumrotul Falihah di Kampus I Universitas Negeri Siliwangi Senin malam 7 Juli 2025. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Universitas Siliwangi (Unsil) kembali menjadi sorotan setelah para mahasiswa menggagas forum diskusi kritis bertajuk “Sekata: Suara Edukatif Kampus Tanpa Kekerasan”.

Forum itu digelar pada Senin (7/7/2025) malam di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Menghadirkan Direktur Taman Jingga, Ipa Zumrotul Falihah, sebagai pemantik dalam diskusi yang bertema “Kampusku Rumah Kedua, Tapi Mengapa Aku Tak Aman?”.

Baca Juga:Diam-Diam, Pertina Kota Tasikmalaya Bawa Pulang 23 Medali Emas dan Perak!Cerita Awal Mula Berdirinya Rumah Pemulasaraan di Kota Tasikmalaya

Forum yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Siliwangi ini, menjadi ruang refleksi atas berbagai bentuk kekerasan yang terjadi di lingkungan kampus.

Dalam diskusi tersebut, mahasiswa secara terbuka menyuarakan keresahan dan pengalaman soal relasi kuasa yang timpang, budaya diam, hingga minimnya perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.

Sejumlah catatan penting muncul dari forum tersebut. Mahasiswa menilai bahwa kampus yang seharusnya menjadi ruang aman dan inklusif, justru kerap kali menjadi tempat yang menakutkan, terutama bagi perempuan dan kelompok rentan.

Relasi kuasa antara dosen dan mahasiswa kerap disalahgunakan, sementara pelaporan kasus oleh korban sering kali tidak direspons secara memadai oleh institusi.

“Kita masih melihat bagaimana kampus lebih cepat melindungi pelaku daripada mendampingi korban. Pelaporan yang ada kadang berujung pada intimidasi atau malah pengabaian,” ujar salah satu peserta diskusi.

Diskusi juga mengangkat bagaimana budaya lokal di Jawa Barat, seperti nilai-nilai kesopanan dan kehormatan keluarga, turut memperkuat budaya diam.

Korban kekerasan seksual masih kerap disalahkan atau dianggap membawa aib, sehingga banyak yang memilih bungkam demi menjaga nama baik keluarga atau institusi.

Baca Juga:4 Siswa MAN 1 Tasikmalaya Sapu Juara Olimpiade Bahasa ArabMasa Jabatan Kepala Daerah dan DPRD Berpotensi Diperpanjang Jika Pemilu Pusat dan Daerah Dipisah

Kritik juga disampaikan terhadap keberadaan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (Satgas PPKPT) di kampus yang dinilai belum bekerja optimal.

Beberapa peserta menilai bahwa keberadaan Satgas kerap tidak diiringi dengan dukungan nyata dari pihak kampus. Mulai dari minimnya pelatihan, anggaran, hingga perlindungan hukum bagi pelapor.

Dalam forum tersebut, Ipa Zumrotul Falihah menekankan pentingnya memandang kekerasan seksual sebagai persoalan sistemik, bukan sekadar kesalahan individu.

Ia juga menyoroti perlunya kampus untuk mereformasi pendekatan mereka terhadap isu kekerasan berbasis gender, serta memberikan ruang aman bagi korban untuk bersuara dan pulih.

0 Komentar