Kirab Ngabumi: Tradisi Kearifan Lokal yang Menghubungkan Manusia, Alam, dan Leluhur di Kota Banjar

Kirab Ngabumi
Sri Pohaci (Dewi Padi) saat menampilkan tarian tradisional sambil membawa padi dalam Kirab Ngabumi di Kota Banjar, Kamis, 3 Juli 2025. (Anto Sugiarto/Radartasik.id)
0 Komentar

Hal ini memberi kesempatan bagi masyarakat dan pengunjung untuk ikut serta dalam pembagian hasil bumi.

Radi, salah seorang pengunjung dari Bandung, mengungkapkan kegembiraannya bisa ikut meramaikan acara ini.

Dia bahkan mengaku turut berebut hasil bumi yang dibagikan, meskipun ia tetap merasa bersyukur mendapatkannya.

Baca Juga:Banjar Waterpark Masih Berpeluang Hidup? Investornya Ternyata Beralih ke Wahana Alam Parung TasikmalayaPuluhan ASN Kota Banjar Resmi Dilantik untuk Isi Kekosongan Jabatan, Ini Pesan Wali Kota Sudarsono

Salah satu pengunjung asal Papua, Muhammad Ali Fauzi, menyampaikan, ini adalah kali kedua ia mengikuti Kirab Ngabumi.

Menurutnya, tradisi ini sangat menarik, terutama karena menampilkan hasil kebun yang begitu beragam dan meriah.

Ia juga mengapresiasi adanya penampilan tarian budaya yang tidak ia temui di Papua.

Di Papua, meskipun ada tradisi serupa seperti bakar batu dengan sajian makanan dan minuman tradisional, suasana kebersamaan yang tercipta di Ngabumi terasa lebih hidup dan semarak.

Muhammad Ali juga berbagi pengalamannya yang telah diundang untuk menghadiri kegiatan budaya lainnya di Gunung Galunggung, Tasikmalaya.

Ia berharap agar masyarakat Indonesia tetap menjaga kebudayaan mereka dan menghindari konflik yang sering terjadi di beberapa daerah.

Dengan kehadirannya di berbagai acara budaya, ia merasa bangga bisa ikut merayakan keberagaman budaya Indonesia bersama keluarga. (Anto Sugiarto)

0 Komentar