GARUT, RADARTASIK.ID – Kabupaten Garut merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang dikenal rawan terhadap berbagai bencana alam.
Letak geografisnya yang didominasi perbukitan, terutama di wilayah selatan dan utara, membuatnya rentan mengalami gempa bumi, tanah longsor, banjir, hingga pohon tumbang.
Situasi ini diperparah oleh kondisi cuaca yang semakin sulit diprediksi.
Dalam satu pekan, cuaca bisa berubah drastis dari panas terik seperti musim kemarau menjadi hujan deras layaknya musim penghujan.
Baca Juga:Kenapa Pemkab Garut Harus Menyiapkan Jet Ski Penyelamat di Pantai Selatan?Baru Setengah Tahun, DBD di Kabupaten Garut Capai 1.368 Kasus, 7 Orang Meninggal Dunia
Fenomena cuaca ekstrem terjadi pada Sabtu, 28 Juni 2025, ketika hujan deras mengguyur hampir seluruh wilayah Garut sejak pagi hingga malam.
Padahal, sebelumnya tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, bahkan cuaca cenderung kering.
Akibatnya, beberapa wilayah di Kabupaten Garut terdampak banjir dan tanah longsor.
Luapan Sungai Cimanuk menjadi salah satu pemicu utama banjir yang menggenangi sejumlah kampung.
Menanggapi kondisi ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mengajak masyarakat untuk aktif menjaga lingkungan sekitar.
Kepala Pelaksana BPBD Garut, Aah Anwar Saepulloh, menjelaskan, bencana seperti banjir dan longsor sulit diprediksi karena merupakan kejadian alamiah yang sangat bergantung pada intensitas hujan.
Menurutnya, satu-satunya langkah antisipatif yang bisa dilakukan adalah memperkuat kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam menjaga alam.
Ia menegaskan pentingnya menjaga kondisi lahan, terutama di kawasan perbukitan.
Baca Juga:Tanggap Darurat Garut: 16 Kecamatan Terpukul, Rp 20 Miliar Siap DigunakanGedebog Pisang Disulap Jadi Serat Mahal, Warga Garut Bikin Kagum
Lahan yang digunduli, baik untuk keperluan pertanian atau pembangunan, akan berisiko tinggi mengalami erosi dan memperparah dampak bencana.
Aah menyarankan agar masyarakat menanam pohon tegakan yang akarnya kuat untuk menahan tanah dan menyerap air hujan secara maksimal.
Tanaman perdu atau sayuran, katanya, tidak cukup efektif dalam mencegah longsor karena tidak memiliki struktur akar yang kuat. ”Lebih baik ditanami tegakan-tegakan yang bisa menahan erosi,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Selain menjaga vegetasi, pengelolaan sampah juga menjadi hal krusial.
Ia menyoroti banyaknya tumpukan sampah di aliran sungai dan saluran drainase yang menjadi penyebab utama banjir di perkampungan.
Sampah yang menyumbat saluran air membuat aliran menjadi lambat dan akhirnya meluap ketika hujan turun dengan intensitas tinggi.