Salah seorang ustad yang memimpin sebuah pesantren cukup besar, curhat kepada radartasik.id.
Persoalan rumah duka selalu kena imbas. Berkali-kali dirinya memdapat tudingan miring.
Dia disindir-sindir mendapat bagian uang ratusan juta. Uang untuk membackup rencana pembangunan rumah duka.
Baca Juga:4 Siswa MAN 1 Tasikmalaya Sapu Juara Olimpiade Bahasa ArabMasa Jabatan Kepala Daerah dan DPRD Berpotensi Diperpanjang Jika Pemilu Pusat dan Daerah Dipisah
Sang ustad hanya bisa mengurut dada. Sambil istighfar. Sambil bercerita menarik nafas dalam-dalam. Menghembuskannya lepas sekali. Seperti ingin meghempaskan rasa nyelekit di ulu hatinya.
Bagaikan peribahasa. Orang lain yang makan nangka. Dirinya kena getahnya. Bak begitulah posisi sang ustad. Itu karena dirinya dekat dan bersahabat dengan tokoh-tokoh Tionghoa Tasikmalaya.
Dirunut nasabnya, ustad ini juga kakeknya orang Tionghoa. Seorang pedagang. Juga pemilik stasiun radio terkenal di Tasikmalaya era tahun 60-an.
Kakeknya masuk Islam. Lalu menikahi wanita Tasikmalaya etnis Sunda. Kakeknya meninggal. Jejak keluarga terputus. Sebab keluarga besar pindah kota.
Setelah ustad besar ditelusur jejak leluhurnya. Berhasil. Saudara-saudara dari kakeknya itu terlacak ada di Bandung.
Darah orang Tionghoa kuat di bisnis. Pun keluarga ustad banyaknya berdagang. Memiliki toko.
Keluarga yang hilang jejak itu terjaga ciri fisik khas Tionghoa. Kulit putih, mata sipit. Kalau ustad karena sudah campuran kulitnya gelap. Sawo matang. Hanya matanya ada sipit dan rambut lurus.
Baca Juga:MAN 1 Tasikmalaya Turut Meriahkan Kegiatan Peaceful Muharram 1447 HWarga Karanunggal Kabupaten Tasikmalaya Pertanyakan Modal BUMDes yang Dibekukan!
Agamanya keluarganya itu ada yang nasrani, ada yang tetap dengan keyakinan leluhur. Ada yang tidak jelas juga beragama apa.
Sejak terhubung kembali dengan keluarganya, terjalin silaturahmi. Kerap saling berkunjung.
“Keponakan-keponakan saya itu beberapa kali datang ke pesantren. Ada juga yang ikut saya. Masuk Islam. Pihak keluarga mengizinkan pilihan anaknya itu,” cerita ustad beberapa tahun lalu. Saat kami bertemu dalam suatu acara dan duduk semeja.
Tahun 2024 soal rumah duka mulai ada solusi. Dibangun di areal Rumah Sakit TMC Kota Tasikmalaya. Jadi bagian pelayanannya. Namanya pemulasaraan.
Awal Juni 2025. Pemulasaraan itu selesai dibangun. Setelah lebih dua puluh tahun para tokoh tionghoa mengupayakannya.
Nama memang berbeda. Tidak masalah. Paling penting fungsinya sama. Tempat pemulasaraan jenazah untuk etnis mereka ada. (red)